MANGUPURA, BALIPOST.com – Kabut duka kembali menyelimuti keluarga besar Pahlawan Nasional, Brigjen Anumerta I Gusti Ngurah Rai berpulang, Selasa (22/1). Adalah I Gusti Ngurah Tantra. Putra kedua dari tiga bersaudara ini menghembuskan nafas terakhirnya di Puri Ngurah Rai, Desa Carang Sari, Petang. Rencananya, alrmahum akan dipelbon bersamaan dengan keponakannya, I Gusti Ngurah Agung Danil Yunanda Yudha yang baru berpulang Rabu (9/1) lalu.
Anak kedua mendiang, AA Ngurah Putra, saat ditemui Rabu (23/1) mengakui tidak menyangka ayahanda meninggalkan keluarga begitu cepat. Namun, Ngurah Putra mengakui jika mendiang sempat menghuni rumah sakit.
“Memang selama ini beliau sempat sakit dan sempat opname, tapi sudah sembuh. Tak ada firasat apapun terkait kepergian beliau,” ujarnya.
Menurutnya, almarhum terakhir terlihat sehat-sehat saja. Bahkan Senin (21/1) lalu almarhum sempat diantar oleh Ngurah Putra untuk mengurus KTP elektonik. KTP tersebut rencananya digunakan untuk mengurus santunan lansia yang tengah digulirkan Pemkab Badung. Anehnya, dalam perjalanan, almarhum dikatakan sempat mengutarakan keinginan agar sang istri, I Gusti Ayu Adi, 70, dibuatkan foto sendiri. Dengan demikian, mereka memiliki foto masing-masing.
“Saya sempat merasa ada yang aneh dengan perkataan ajik. Namun, saya berusaha berpikiran positif. Mungkin beliau sendiri yang merasakan firasat,” tuturnya.
Bahkan hari itu almarhum juga berkunjung ke rumah ibunya, mendiang Desak Putu Kari di kawasan Jalan Nangka, Denpasar. Nah, Selasa (22/1) almarhum pun kembali ke Carangsari. Seperti biasa, almarhum dikatakan sempat membaca koran. Bahkan beberapa menit sebelum meninggal, kakek delapan cucu ini masih sempat memberi makan burung. Usai memberi makan burung, almarhum beranjak ke tempat tidur. Pada saat yang sama, sang istri mandi.
“Usai mandi, biyang berteriak karena melihat ajung (almarhum) sudah telentang di tempat tidur. Tyang pun langsung mendekat,” jelasnya.
Sembari menitikkan air mata, Ngurah Putra mengenang mantan pentolan Pemuda Panca Marga (PPM) itu sebagai sosok yang sederhana. Namun karena dalam dirinya mengalir darah pahlawan, senantiasa ada keinginan untuk berdedikasi kepada masyarakat. Salah satunya, almarhum sempat mendirikan yayasan dan sekolah di Carangsari sekitar tahun 1980-an. Bahkan saat itu, sekolah tersebut digratiskan.
“Beliau ingin agar anak-anak di sini bisa mengenyam pendidikan. Karena saat itu sekolah di sini masih jauh,” katanya.
Ngurah Putra mengatakan semasa hidup almarhum senantiasa mengingatkan agar anak-anaknya tetap rukun dan menjaga persatuan. Selain itu, agar senantiasa berbuat yang terbaik untuk masyarakat, bangsa, dan negara.
Ngurah Putra mengatakan, upacara pelebonan rencananya akan dilaksanakan April mendatang bersamaan dengan pangabenan keponakannya, I Gusti Ngurah Agung Danil Yunanda Yudha yang baru berpulang Rabu (9/1) lalu. (parwata/balipost)