Hiruk-pikuk di tubuh organisasi sepak bola Tanah Air ini sepertinya tidak pernah usai. Dinamikanya seperti serial sinetron. Ada saja berita yang heboh. Sayangnya yang heboh justru di seputar pengurusnya, prestasi yang semakin jeblok, skandal pengaturan pertandingan dan sebagainya.
Sosok pejabatnya pun sepertinya mirip artis. Selalu saja menjadi uberan para pewarta. Tidak ditanya soal program, prestasi organisasi yang dipimpinnya dan sebagainya, justru ucapan serta komentarnya yang dianggap nyeleneh serta kontroversial.
Lalu prestasinya di mana? Atau kapan mengurus olahraga paling populer sejagat raya ini agar bisa bersaing dengan negara lain di kawasan?
PSSI oh PSSI. Tidak pernah kering sensasi tetapi sangat sulit prestasi. Yang teranyar tentu pengunduran diri sang bos Edy Rahmayadi, kemudian memunculkan ketua umum yang baru. Orang bola, seperti biasa, mungkin karena saking cintanya kepada PSSI, selalu memunculkan harapan baru.
Doa baru kepada induk organisasi serta pengurusnya agar mampu membawa sepak bola Indonesia bersinar lagi. Tidak usah muluk-muluk menjajal Piala Dunia, Olimpiade atau Asian Games. Yah, cukuplah SEA Games. Kalaupun lingkup Asia Tenggara dianggap berlebihan, yah paling tidak roda kompetisi nasional mesti diputar secara kontinu.
Ada komitmen serta dedikasi pengurus serta jajaran untuk membenahi tubuh organisasi. Benahi rodanya agar terus berputar. Semakin kencang dan semakin kencang. Jangan tersendat dan kempes di jalan karena beberapa skandal Liga! Sebagai proyek harapan masyarakat mesti digulirkan terus.
Jangan biarkan menggantung akibat pejabatnya yang tidak becus. Animo masyarakat menyambut kompetisi ini begitu luar biasa. Jangan padamkan oleh egoisme individu maupun kelompok. Sifat kerdil oknum pengurus jangan meracuni yang lain. Sikap avonturis segelintir pejabat juga mesti dibabat. Hanya ada satu tujuan, bagaimana memajukan sepak bola Tanah Air.
Seperti tadi, jangan berangan-angan terlalu muluk. Targetkan sesuai kemampuan. Potensi ada, tinggal berbenah secara terus-menerus. Jangan pernah goyah karena itu akan mengganggu komitmen. Cari figur yang benar-benar tahu mengurus sepak bola secara profesional. Bisnis kotor serta politik seringkali merusak iklim fair play olahraga. Berbagai kepentingan di luar sepak bola sering kali menjerumuskan.
PSSI sebenarnya sangat dicintai masyarakat. Yang dibenci dan dimaki-maki itu adalah oknum pengurusnya yang sama sekali tidak becus. Harapan sederhananya sekarang adalah bagaimana pengurusnya bekerja dengan baik. Tidak perlu heboh sensasi.
Untuk sementara, jangan gembar-gembor. Rasanya kalaupun nihil prestasi pun dimaklumi. Asal jangan keterusan. Bekerja dengan dedikasi tinggi. Gulirkan kompetisi secara teratur. Jalankan tim pemandu bakat ke seluruh Tanah Air. Bina generasi muda yang punya potensi.
Sekali lagi, dibandingkan dengan organisasi lainnya, PSSI memang penuh sensasi. Dicintai sekaligus dimaki. Untuk ke depan, tentu yang dicari adalah PSSI yang dicintai. Mari benahi bersama. Pengurus, fans, serta pihak terkait. Kalau melihat sejarahnya, PSSI juga punya prestasi. Yang penting sekarang, mari secara bersama-sama mewujudkan itu. Heboh dengan prestasi tentu lebih membanggakan ketimbang heboh dengan sensasi.