BANYUWANGI, BALIPOST.com – Harga buah naga di Banyuwangi masih saja murah. Jauh dari harapan petani.
Mengatasi fenomena ini, Dinas Pertanian Banyuwangi melalui Balai Penyuluh Pertanian (BPP) menggelar aksi borong buah naga hasil panen petani. Buah naga yang dibeli disumbangkan ke sejumlah panti asuhan dan warga kurang mampu.
Meski harga murah, aksi borong ini menggunakan harga di atas pasaran. Harapannya, hasil panen petani yang belum terserap pasar bisa terbeli. “Untuk menyerap sebagian hasil panen, kita (melalui BPP) membeli dari buah naga dari petani. Kemudian, kita sedekahkan ke panti asuhan maupun masyarakat yang tak mampu,” kata Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan Banyuwangi Arief Setiawan, Jumat (25/1).
Selain menyerap hasil panen petani, aksi ini menjadi bagian menjaga kesehatan masyarakat. Sebab, kata Arief, buah naga memiliki banyak manfaat.
Dalam sehari, pihaknya bisa meborong 400 kilogram buah naga. Komoditi ini dibeli langsung ke petani. Lalu, dibagikan secara gratis ke sejumlah titik. “Jika dilihat jumlahnya memang belum seberapa. Tapi, ini upaya jangka pendek yang secara pararel kita ikuti dengan langkah jangka menengah dan panjang seperti pengaturan kembali lahan buah naga, pengembangan buah naga organik yang lebih stabil harganya, sampai peningkatan usaha olahan buah,” jelasnya.
Pihaknya juga berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian terus mendorong kontrak-kontrak pembelian baru dalam skala besar buah naga Banyuwangi. Sebagian besar kontrak didapatkan dari pedagang atau perusahaan asal Jakarta.
Targetnya, bisa mendongkrak harga di pasaran. Hingga, 24 Januari, pengiriman buah naga Banyuwangi ke Jakarta dan Surabaya sudah menembus Rp 15.000 per kilogram.
Per hari, rata-rata bisa terkirim 5000 hingga 6000 kilogram. “Kami juga mendorong olahan buah naga, termasuk membuat pupuk organik dari buah naga,” jelasnya.
Pertanian buah naga juga, lanjut Arief, juga diarahkan menjadi kawasan wisata agro. (Budi Wiriyanto/balipost)