GIANYAR, BALIPOST.com – Bali saat ini mengalami degradasi, yang mengarah pada penurunan sejumlah nilai. Hal ini nampak dari kerusakan alam Bali hingga pergeseran nilai adat budaya, yang disebabkan ulah manusia maupun alam itu sendiri.

Melihat kondisi ini tentu semua komponen patut secara bersama melakukan pemulihan, baik itu secara skala maupun niskala. “Bali ini sudah mengalami kemerosotan, perusakan dimana-mana, akibat ulah manusia atau karena ulah lainya, maka itu Bali ini harus direcovery, dihidupkan, dinormalkan kembali,” ucap Gubernur Bali, Wayan Koster saat memberikan wacana pada Karya Pedudusan Agung, Segara Kertih Tawur Balik Sumpah Agung Lan Milik Pedagingan di Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk, Sabtu (26/1).

Koster mengatakan pemulihan alam Bali dapat dijalankan dengan melaksanakan Sad Kertih yang meliputi Atma Kertih, Danu, Wana, Segara, Jana dan Jagad Kertih. Menurutnya enam poin itu harus dijalankan dalam tatanan kehidupan masyarakat Bali, sebagai warisan dari leluhur. “Kita wajib menjaga tatanan kehidupan demi keseimbangan alam Bali secara skala dan niskala. Oleh karena itu kedepannya kami akan membuat pergub yang mengatur tentang tata kehidupan yang berdasarkan nilai sad kertih ini,” katanya.

Baca juga:  Epidemiolog Sebut Lonjakan COVID-19 Karena Kegagalan Cegah-Tangkal, Karantina Cuma 5 Hari

Koster mencontohkan selama ini banyak yang mengotori laut, dari perilaku membuang sampah sembarangan, hingga korban jiwa. Dikatakan hal ini membuat laut kotor secara sekala dan niskala.

Secara sekala laut dibersihkan dengan upacara Segara Kertih, seperti yang saat ini dilaksanakan di Pura Er Jeruk. “Dalam konteks Segara Kertih, yang dilaksanakan hari ini di Pura Er Jeruk sebagai bentuk upakara dalam konteks niskalanya, untuk memelihara keseimbangan laut sebagai sumber kehidupan kita secara bersama-sama, karena laut sebagai sumber kehidupan ikan juga nelayan, jadi harus dijaga,” katanya.

Koster juga mengapresiasi karya di Pura Er Jeruk yang tergolong cukup besar, terlebih menggunakan pekelem itu kerbau. Menurutnya upaya ini sebagai cara menyeimbangkan alam, sehingga tata kehidupan alam ini harmonis, suci dan metaksu lagi. “Acara seperti ini kalau bisa dilakukan di seluruh Bali, tentunya sesuai dengan desa mawacara,” ujarnya.

Baca juga:  Dikukuhkan, Pecalang Klungkung sebagai Relawan Antinarkoba

Secara sekala, lanjut Koster, laut bisa dibersihkan dengan menata lingkungan, misal membuat senderan penahan ombak untuk mencegah abrasi. Terpenting menurut Gubernur asal Buleleng ini ialah membenahi perilaku manusia, agar tidak lagi membuang sampah sembarangan apalagi ke laut.

Ditegaskan secara sekala semua itu akan diatur dalam Pergub. “Akan dijalankan dengan pergub, misal Danu Kertih yang berkaitan dengan danaunya, sungainya, sumber mata airnya supaya bersih dan kesuciannya terjaga. Kemudian wana kertih supaya hutannya dengan berbagai tumbuh-tumbuhan terpelihara dengan baik. Manusianya juga supaya punya jati diri, identitas sesuai seni adat dan budaya yang kita punya. Intinya secara keseluruhan ruang di Bali ini dengan isinya harus dijaga bersama,” jabarnya.

Baca juga:  DMD Sampai SMA Tinggal di Payangan, Rumah Masa Kecilnya Lebih Sering Kosong

Dalam kesempatan itu, Koster juga mengungkapkan sejumlah Pergub yang sudah diterapkan dengan baik, dalam penguatan seni adat dan budaya Bali.
Seperti Pergub No 79 tentang Busana Adat Bali, sudah dijalankan setiap Kamis, Purnama dan tilem oleh anak sekolah guru, pegawai negeri hingga swasta. “Busana adat Bali sebagai salah satu identitas yang melekat dalam diri kita. Selain memperkuat identitas budaya para pengrajin pakai adat Bali juga hidup, bikin baju udeng, kamen karena banyak yang butuh,” katanya.

Selain itu ada pula Pergub No. 80 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa Aksara dan Sastra Bali. Aturan ini juga sudah diterapkan berbagai pihak. “Ada yang belum disiplin seperti Unud (Universitas Udayana, red) mau saya betulin, masa yang lain mau disiplin, Unud yang sebagai perguruan tinggi di Bali malah belum, saya mau tegur rektornya,” tegas Gubernur Bali. (Adv/balipost)

BAGIKAN

2 KOMENTAR

  1. Lebih baik berbuat nyata dengan menanami bukit , gunung , daerah aliran sungai dan hutan yang gundul atau kurang pepohonannya untuk melindungi alam Bali dari krisis air tanah di masa depan dibandingkan dengan banyak janji

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *