SINGARAJA, BALIPOST.com – Pasangan suami istri (pasutri), Ketut Budi Kaca (33) bersama istrinya Luh Sentiani (27) serta kedua anaknya, Luh Putu Rikasih (9) dan Made Sutana (5), dikubur pada Rabu (30/1). Keempatnya meninggal akibat tertimbun longsoran di Dusun Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan pada Rabu (29/1).
Upacara penguburan dipuput oleh Mangku Prajapati Jro Ketut Sukrada. Jenazah dibuatkan masing-masing peti dengan liang kubur terpisah.
Sementara Sutana yang merupakan anak terkecil pasangan itu dikubur di setra alit. Jenazah mereka diantar keluarga dan warga dengan diangkut mobil dari rumah duka menuju setra di Dusun Tegal, Desa Mengening.
Longsor terjadi di Dusun Sangker karena hujan deras pada Rabu pagi. Rumah yang menjadi tempat tinggal keluarga itu baru dua tahun dibangun di areal perkebunan cengkeh yang curam.
Orangtua Budi Kaca, Nyoman Dania (78) dan istrinya Wayan Siari (75) tinggal di rumah persis di atas rumah korban. Rumah orangtuanya itu berjejer dengan rumah kakaknya, Wayan Kanda dan Komang Ana.
Pada Rabu sekitar pukul 04.00 Wita, tiba-tiba tanah tebing di atas rumah korban ambruk. Naas, bongkahan senderan beton dan tanah hingga batang pohon limau ambruk dan menimpa tembok rumah korban.
Kerasnya benturan saat longsor membuat tembok rumah korban jebol. Bongkahan beton itu membentur Budi Kaca disusul timbunan tanah mengubur istri dan kedua anaknya. Keempatnya diperkirakan tertimbun beton dan tanah sedalam sekitar 2 meter.
Orangtua korban Nyoman Dania di rumah duka menceritakan, sebelum kejadian, korban sempat menemuinya. Budi sempat bercerita soal pekerjaan sambil menonton televisi.
Karena sudah larut malam, korban kembali ke rumahnya untuk beristirahat. Pada dinihari, Dania sempat terbangun karena hujan makin deras.
Ia sempat menengok kondisi rumah korban yang saat itu masih utuh. Namun, sekitar pukul 05.00 Wita, saat bangun, dirinya terkejut melihat tembok rumahnya sudah longsor. Ia juga melihat tanah longsor menimbun rumah anaknya itu.
Karena sudah usia lanjut, Dania berusaha memanggil korban dari atas, namun tidak ada yang menyahut. Saat itu dia kemudian memanggil anaknya Wayan Kanda.
Mengetahui kejadian itu, Kanda langsung mengecek. “Saat bangun tidur saya keluar rumah dan rumah dia sudah tertimbun. Saya tidak tahu berbuat apa dan sempat saya panggil tidak nyahut dan langsung suruh kakak-nya melihat dan mereka sudah tertimbun di dalam rumah,” katanya.
Wayan Kanda menuturkan, untuk mengevakuasi korban, ia menggunakan alat manual berupa cangkul. Dengan menggali sekitar 2 meter, dia menemukan korban bersama istri dan kedua anaknya tertimbun.
Pertama Kanda berhasil mengambil jenazah korban yang saat kejadian sedang memeluk anak pertamanya Luh Putu Rikasih. Berhasil mengambil dua jenazah, Kanda dibantu kerabat lainnya kembali mengambil jenazah Luh Sentiani yang sedang memeluk anak keduanya Made Sutana.
Para korban ini ditemukan dengan luka lebam dan memar. Diduga akibat benturan tembok rumah yang jebol. (Mudiarta/balipost)