GIANYAR, BALIPOST.com – Subak Ageng Sukawati yang berada di Desa Sukawati menjadi salah satu kawasan pertanian yang memproduksi tembakau. Produksi tembakau dari desa ini pun diedarkan oleh tengkulak hampir ke seluruh kawasan Bali.

Menurut Pekaseh Subak Ageng Sukawati, I Made Sukaidep ditemui Kamis (31/1), Subak Ageng Sukawati terdiri dari 13 subak. Meliputi subak Palak, Bubun, Sanga, Sudah, Somi, Laud, Abasan, Langge, Juuk, Babakan, Cau Duur, Cau Beten dan Subak Lebo.

Untuk sistem pertanian, Subak Ageng Sukawati dibagi lagi dalam 3 kelompok. “Pembagian ini dilakukan mengoptimalkan pemanfaatan air irigasi,” ucap bapak tiga anak asal Banjar Palak, Desa Sukawati ini.

Baca juga:  Pembangunan Pelabuhan Gunaksa Dikaji Ulang, Kemenhub Segera Terjunkan Tim

Sementara untuk pola tanam tembakau menggunakan sistem tumpang sari dengan tanaman cabai. Sementara itu tembakau yang sudah ditanam biasa di petik setiap 105 hingga 112 hari atau sekitar 3 bulan. “Berkat sistem tumpang sari ketika memetik tembakau, tanaman cabainya sudah mekar,” ujar suami dari Ni Wayan Kama ini.

Dikatakan setelah proses pemetikan, tembakau disimpan selama 8 hingga 12 hari. Di rumahnya sendiri ia menyiapkan tempat khusus menyimpan tembakau, agar tidak terkena sinar dan angin. “Usai 12 hari, barulah masuk dalam tahap pemotongan tembakau, kemudian lanjut dijemur selama maksimal 15 hari,” tuturnya, seraya menambahkan dalam seluruh rangkaian proses ini, pihaknya mengerahkan belasan buruh.

Baca juga:  Buka Festival Semarapura 2023, Wagub Cok Ace Berharap Dukungan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan PKB

Namun dalam beberapa hari ini, para petani cukup kesulitan menjemur tembakau, karena musim hujan yang tak kunjung henti. Bila sudah dikeringkan, tembakau tersebut disimpan kembali diarela terbuka khususnya saat malam. Setelah proses itu barulah tembakau dibungkus.

Dijabarkan untuk 16 bungkus tembakau, itu disebut 1 kelongkong. Kalau tanaman tembakau tumbuh dengan baik, dalam lahan satu bit atau 30 are, bisa mendapat 10 atau 12 kelongkong. “Harga perkelongkong itu bisa 4 juta, jadi untuk lahan 1 bit kurang lebih bisa dapat Rp 40 hingga Rp 48 Juta,” ungkap pria kelahiran 1961 ini.

Baca juga:  Akselerasi Pertumbuhan Ekosistem Digital, Pusat Inovasi Startup Dihadirkan di Bali

Dikatakan tembakau yang ia produksi, kerap diambil oleh tengkulak kemudian didistribusikan ke seluruh kawasan Gianyar, bahkan sejumlah Kabupaten di Bali. “Tembakau Sukawati itu biasa dijual hingga ke Tabanan bahkan Jembrana,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *