Pengalaman adalah guru yang berharga. Begitu kalimat bijak mengatakan. Ada makna tersirat maupun tersurat yang sangat sangat penting untuk dipikirkan, ditelaah, dan dipelajari sebagai pegangan untuk menatap masa depan.
Mencari sisi terang untuk melangkah lebih jauh. Menemukan sisi gelap agar tidak tersesat lagi. Perjalanan bangsa ini sejak kemerdekaan lalu, sungguh penuh lika-liku. Belum lagi pada era penjajahan dengan berbagai bentuk dukanya. Penguasa asing datang silih berganti.
Inilah bentuk pengalaman yang mesti dijadikan pelajaran. Para founding father telah mengalaminya. Bangsa ini telah menjalaninya selama ratusan tahun. Kalau bangsa lain punya pengalaman, kita bisa menjadikannya perbandingan.
Kita bisa membandingkan pengalaman bangsa-bangsa lain. Apakah itu di negara maju maupun berkembang. Semuanya punya sejarah. Dan pada era sekarang, semuanya punya dinamika. Di bidang politik, budaya, ekonomi dan sebagainya. Inilah yang kita jadikan sebagai perbandingan.
Banyak cerita duka maupun suka tentang bangsa ini. Seperti apa yang dikatakan Bung Karno jauh lebih sulit dibandingkan menghadapi bangsa asing. Maka dari itulah, mengapa Bung Karno mengatakan tugasnya lebih ringan.
Sungguh ungkapan yang sangat bijak serta visioner dari seorang Bapak Bangsa serta negarawan kelas wahid. Sangat dalam dan bermakna. Hal ini perlu diresapi dan dilaksanakan dalam konteks berbangsa dan bernegara saat ini. Apalagi kondisi kekinian sangat perlu rasanya refleksi sejarah tentang bagaimana bangsa dan negara ini dibangun.
Saat ini, sepertinya kita sudah mulai lupa dan mengaburkan sejarah. Saat ini, ketika terjadi berbagai desakralisasi symbol-simbol negara, bibit disintegrasi, paham radikalisme dan lain-lain yang bisa mengoyak sendi bangsa, maka kita mesti berpaling kepada sejarah. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah.
Ini penting dan sangat penting. Berbagai persoalan bangsa saat ini sangat memerlukan intisari pelajaran perjalanan sejarah. Kita mesti mengenang lagi bagaimana perjalanan bangsa ini sampai sekarang. Berbagai persoalan berarti mampu dilalui sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mampu berdiri tegak sampai kini. Sungguh luar biasa. Kita harus memupuk komitmen mengawal NKRI sampai mati.
Apakah karena persoalan yang berkembang saat ini maka kita akan terkotak-kotak, tercerai berai dan melukapan janji setia pada negeri ini? Sungguh sangat bodoh dan bodoh sekali. Kita mengingkari kesepakatan para pendiri republik ini hanya karena kita yang tidak mau atau pura-pura tidak tahu sejarah. Belajar kepada orang lain boleh-boleh saja, tetapi ingat, kita sudah sangat banyak punya buku sejarah. Marilah kita buka, baca, pelajari, resapi, dan laksanakan inti sarinya.