Petugas melakukan pemeliharaan jaringan listrik. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, pada triwulan IV 2018 ekonomi Bali tumbuh 7,59% bila dibandingkan dengan triwulan IV 2017 (yoy). Pertumbuhan tercatat pada hampir semua lapangan usaha.

Kecuali, lapangan usaha kategori D yaitu pengadaan listrik dan gas yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -3,51%. Sedangkan yang tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi adalah lapangan usaha kategori G yaitu perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang tumbuh sebesar 12,34 persen. Diikuti lapangan usaha kategori F yaitu konstruksi yang tercatat tumbuh sebesar 9,40 persen, serta lapangan usaha kategori C yaitu industri pengolahan yang tercatat tumbuh 9,16 persen.

Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengatakan, penurunan pertumbuhan listrik yang dimaksud adalah penurunan produksi listrik dan gas, terutama listrik yang turun lebih rendah dibandingkan produksi periode sebelumnya. “Produksi yang dimaksud adalah listrik yang dihasilkan per kWH-nya. Sehingga jika dalam hitungan PDRB, dihitung dengan satuan rupiah. Maka pengertian produksi itu disesuaikan ke dalam konsep nilai tambah dengan satuan rupiah,” jelasnya Jumat (8/2).

Baca juga:  Wujudkan Pariwisata Berkualitas di Nusa Penida Masih Terkendala Dua Persoalan Ini

Sementara itu, Manager Niaga PLN Unit Induk Distribusi (UID) Provinsi Bali Handoko mengatakan, pertumbuhan konsumsi listrik di Bali pada 2018 positif. Pada Desember 2018 saja pertumbuhan konsumsi listrik di Bali 4,60% (yoy). “Hampir semua jenis tarif pertumbuhnnya positif di tahun 2018,” tandasnya.

Namun diakui pada tahun 2017 terjadi penurunan pertumbuhan konsumsi listrik, -0,5%, salah satunya karena adanya bencana. Selain itu, masyarakat juga mulai menggunakan barang-barang elektronik yang hemat listrik seperti lampu LED.

Baca juga:  Pergerakan Masyarakat Selama Lebaran Naik 45 Persen Dibandingkan 2022

Pertumbuhan konsumsi listrik di Bali tahun 2014 sampai tahun 2016 mencapai 8%-9%. Bahkan tahun 2016, pertumbuhannya mencapai 11%.

Sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2017-2026, rata-rata pertumbuhan konsumsi listrik ditargetkan 8,5%. “Pertumbuhan listrik kita dulu tahun 2015 pernah sampai 11%. Tahun 2018 ini mulai merayap naik lagi, karena pertumbuhan konsumsi kita tergantung juga dari keekonomian masyarakat,” tandasnya.

Ia mengutarakan bisni di Bali turut menyumbang pertumbuhan konsumsi listrik di Bali. Bisnis di Bali juga cukup besar seperti mall, hotel, bandara.

Sementara industrinya seperti PDAM, penggilingan padi dan lainnya. Melihat kondisi pariwisata Bali yang masih bertumbuh, ia menargetkan pertumbuhan konsumsi listrik di Bali tahun 2019 adalah 6,3%.

Baca juga:  Bupati Tinjau Pengoperasian PLTD Kutampi, Diharapkan Bisa Penuhi Kebutuhan Nusa Penida

Ia optimis target ini tercapai, karena melihat dari pertumbuhan konsumsi listrik bulan Januari 2019 yaitu 14,43%. “PLN siap mendukung pertumbuhan ekonomi di Bali dengan menyediakan listrik yang memadai,” tandasnya.

Jumlah pelanggan PLN terus bertambah. Pelanggan 450 VA (subsidi) jumlahnya 219.917 pelanggan, 900 VA (subsidi) jumlahnya 79.122 pelanggan, 900 VA (non subsidi) 315.580 pelanggan, 1.300 VA jumlahnya 324.801 pelanggan, 2.200 VA jumlahnya 123.528 pelanggan, 6.600 VA jumlahnya sebanyak 17.546 pelanggan. Pelanggan dengan daya 3.500 VA – 5.500 VA jumlahnya sebanyak 68.731. Sehingga total jumlah pelanggan PLN sampai sat ini adalah 1.149.225. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *