TABANAN, BALIPOST.com – Musim hujan disertai panas menjadi ancaman terjadinya ledakan kasus DBD. Untuk mencegah hal ini terjadi, diperlukan langkah pencegahan dini. Dinas Kesehatan Tabanan menggelar gerakan PSN serentak di Banjar Sanggulan Desa Banjar Anyar, Kediri, Jumat (8/2).

Hasil dari gerakan PSN di Banjar Sanggulan, sebagian besar atau 70 persen rumah di banjar tersebut didapati jentik nyamuk. Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr. Nyoman Suratmika mengatakan pada kegiatan gertak ini pihaknya juga mengajak anak SD di lingkungan sekitar juga mengajak Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) Tabanan untuk melakukan pemantauan jentik di rumah-rumah warga sekitar Banjar Sanggulan.

Baca juga:  Tabanan Rekrut Nakes Penanganan COVID-19, Kuota Tak Terpenuhi

Dipilihnya banjar tersebut karena pada Januari lalu, banjar ini mencatat satu pasien positif DBD dan ada warga lain yang menderita panas tanpa penyebab yang jelas. “Karenanya di tempat ini sudah dilakukan fogging pertama pada Jumat (1/2) dan Jumat ini dilakukan fogging ke dua serta gerakan serentak PSN,” jelas Suratmika.

Dari hasil pemantauan, kata Suratmika setiap kelompok yang diturunkan memantau 10 rumah. Hasilnya dari 10 rumah tersebut rata-rata ada tujuh rumah ditemukan jentik.

Penemuan jentik ini kebanyakan didapatdi kebun warga ataupun kandang ternak. “Kebetulan banjar ini adalah daerah urban dimana banyak yang memelihara ayam serta babi. Jadi jentik kebanyakan ditemukan di kandang ataupun kebun milik warga,” ujar Suratmika.

Baca juga:  Bandara Bali Utara Dicoret dari PSN, Ketua Pansus Ranperda RTRW Bali Sebut Ini Alasannya

Adanya jentik nyamuk ini menandakan penanganan DBD memang paling efisien adalah melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Karenanya Suratmika berharap warga untuk sadar melakukan pemeriksaan secara rutin di lingkungan rumahnya untuk memantau keberadaan jentik serta melakukan PSN. “Langkah ini tidak boleh dilakukan sendiri. Harus serentak seluruh warga dalam satu banjar atau desa. Sebab, nyamuk masih berpindah sejauh 100 meter sehingga pemberantasan jentik tidak bisa sendiri-sendiri,” jelas Suratmika.

Mengenai penanganan dengan fogging atau pengasapan, lanjut Suratmika, akan dilakukan pada daerah-daerah yang sudah ditemukan warga positif DBD. Biasanya fogging akan dilakukan dua kali dengan rentang waktu satu minggu.

Baca juga:  Beri Layanan Antar Jemput, Garuda Optimis Tingkatkan Jumlah Penumpang

Asumsinya diberi rentang satu minggu adalah waktu jentik tumbuh menjadi nyamuk. Sehingga pada fogging ke dua tujuannya adalah membunuh nyamuk yang pada fogging pertama masih berupa jentik. “Karenanya langkah fogging ini disertai dengan PSN. Sehingga jentik-jentik ini tidak berkembang menjadi nyamuk,” jelas Suratmika.

Standar bebas jentik suatu daerah yang ideal adalah 90 persen pemukiman bebas jentik. Masih banyaknya jentik ditemukan di Banjar Sanggulan menjadi peringatan tersendiri baik bagi Dinas Kesehatan maupun warga untuk terus melakukan PSN secara rutin. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *