SURABAYA, BALIPOST.com – Eksistensi koran di era global masih diperhitungkan.
Walaupun keberadaan media sosial sangat cepat dan mudah diakses, serta informasinya sangat terbuka, masyarakat masih mempercayai media konvensional utamanya media mainstream. Demikian dikemukakan Presiden Joko Widodo, Sabtu (9/2) dalam sambutannya di peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2019.
Ia mengatakan persentase kepercayaan masyarakat pun cukup besar. “Angka perbandingannya sekitar 63 persen berbanding 37 persen,” kata Presiden Jokowi.
Bahkan Presiden juga mengungkapkan bahwa di era digital, setiap orang dengan mudah bisa menjadi wartawan. Mereka menulis berita dan mengeditnya sendiri.
Hal ini, dinilainya berbahaya, karena belum tentu sesuai dengan kaidah pers sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 40/1999 Tentang Pers.
“Karena itu keberadaan media mainstream sangat dibutuhkan dalam mengawal kebenaran dan keadilan suatu pemberitaan,” jelas mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Pemerintah berkomitmen menjamin kemerdekaan pers, serta selalu mendorong jati diri pers dalam memberikan edukasi kepada masyarakat. “Selain itu pemerintah juga memikirkan kesejahteraan wartawan melalui peraturan,” tambah suami Iriana ini.
Setelah menyampaikan pidato, Presiden Jokowi didampingi Gubernur Jatim Soekarwo, Ketua Panitia HPN, Margiono, Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo, berkenan memukul alat musik Madura, tambur, sebagai tanda dimulainya acaranya HPN. Acara puncak peringatan HPN dihadiri tokoh pers seperti Surya Paloh, Chaerul Tanjung, dan Karni Ilyas.
Selain itu para pimpinan tinggi lembaga negara seperti MPR, DPR, DPD, Menteri Kabinet Kerja, Gubernur, Walikota dan Bupati. Juga 35 Duta Besar Negara sahabat. (kmb/Bambang Wiliarto/balipost)