Sebagai krama Bali, saya termasuk paling khawatir dengan makin maraknya tajen di Denpasar. Ke mana aparat kepolisian kita? Mereka ini adalah krama Bali yang bersikap spekulatif, dengan risiko menjual tanah leluhur.

Lihat saja pagi-pagi tajen setiap hari sudah marak di kawasan Abiantubuh, Kesiman. Mereka ini dipastikan tak memiliki pekerjaan tetap karena saat jam kantor dan dinas sudah ada di arena tajen. Kalau tidak diberantas kapan mereka mau bekerja?

Baca juga:  Menyambut Tahun 2020

Kapolsek Dentim tampaknya diam saja melihat fenomena ini. Jika tak mampu diberantas oleh Kapolsek, kami mohon Bapak Kapolda Bali yang dikenal sukses memberantas premanisme ikut turun tangan.

Sebab, bisnis berbau judi ini juga akan memunculkan penyakit masyarakat seperti krimimalitas dan yang paling berbahaya aset orang Bali yakni tanah leluhurnya akan habis dipakai matajen. Cukup tabuh rah digelar satu hari saat piodalan di pura.

Baca juga:  Penataan Alur Sungai

Kita mesti bisa membedakan mana tabuh rah dan mana tajen. Ayo aparat jangan mau minta cuk di arena ini. Buatlah Denpasar dan Bali ini benar-benar damai. Bukalah mata, selamatkan generasi muda Bali.

Nyoman Su

Kesiman 

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *