DENPASAR, BALIPOST.com – Satu unit PLTU Celukan Bawang dilakukan perbaikan. Oleh karena itu, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali mengajak seluruh masyarakat Bali untuk melakukan penghematan listrik terutama pada jam beban puncak yaitu 18.00-22.00 Wita.
General Manager PLN UID Bali Nyoman Suwarjoni Astawa mengatakan, perbaikan dilakukan guna meningkatkan performa mesin pembangkit agar kedepannya bisa memberikan pelayanan lebih baik kepada pelanggan. “Rencana perbaikan satu unit mesin pembangkit pada PLTU Celukan Bawang dilakukan pada 18-19 Februari 2019. Kami berjanji pasokan daya akan kembali normal pada 20 Februari 2019,” ujarnya.
PLN UID Bali mencatat saat ini daya mampu sistem kelistrikan di Bali yaitu sebesar 782,6 MW, dengan prediksi beban puncak diperkirakan mencapai 856 MW. Mengenai perbaikan ini, Astawa menjelaskan bahwa akan terjadi penurunan pasokan daya sebesar 125 MW.
“Dikarenakan kondisi tersebut, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi, kami juga berharap kerjasama dari seluruh masyarakat untuk berhemat selama perbaikan pembangkit dilakukan,” imbuhnya Astawa. (Citta Maya/balipost)
Inilah “ujian awal”turunnya pasokan listrik untuk para pemimpin yg sering memutuskan :pokoknya menolak setiap pembangkit listrik yang terjangkau (secara teknologi dan biaya) dan boleh dikatakan sebagai yang “most probable” sekalipun. Terutama pak wagub, melalui beberapa statement beliau dengan beberapa alasan mengeluarkan hanya satu kata pokoknya: menolak. Padahal berkurangnya pasokan listrik ini akan terjadi berulang kali karena perbaikan berkala (maintenance schedule) yg perlu dilakukan untuk menjaga kinerja pembangkit tsb. Bisa saja pada suatu saat, bukan hanya 1 unit yg diperbaiki, tapi beberapa unit sekaligus, karena yg namanya mesin ada kalanya stopnya karena “unpredictable shutdown” yg sama sekali tidak diduga seperti letusan gunung ataupun gempa bumi. Kecepatan waktu perbaikan pun tidak selalu bisa ditebak, bisa sehari, seminggu dsb, tergantung beratnya kerusakan, ketersediaan tehnisi yg handal dan juga stok spare part (apabila spare part-nya ada di Indonesia masih mending, kalau harus import, makin lama lagi). Beliau selalu memberi saran untuk membuat listrik dari hasil pengolahan sampah, ombak, angin, air terjun dsb) tanpa merinci teknologi yang tersedia saat ini, biaya produksi setiap Kwh (unit price). Apabila biaya produksinya lebih tinggi dari ketentuan nilai jual ke konsumen, apakah Pemda mau mensubsidinya? (karena sejatinya ini uang buat nombokin kerugian produsen listrik). Di sisi lain, alternatif listrik yg pak wagub sarankan mungkin saja bisa dalam skala laboratorium, namun belum tentu sanggup menyediakan ratusan mega watt (MW) untuk memenuhi kebutuhan listrik di Bali. Dengan daya mampu yg hanya 783 MW (dibulatkan dari 782,6 MW) dan beban puncak 856 MW, saat ini saja sudah kedodoran apabila masyarakat Bali serentak menyalakan lampu, AC,setrikaan dan mesin cucinya he..he..he…
Sebenarnya yg ingin saya sampaikan adalah: janganlah karena ingin merebut simpati publik sesaat demi mempertahankan jabatan (dan kekuasaan), kemudian para pemegang kebijakan publik ini tidak mau tau (masa bodoh) dgn persoalan krusial di depan anda. Dapat dipastikan setelah 5 atau 10 tahun ke depan (bila anda terpilih 2 periode) dan anda sudah jadi mantan, persoalan pasokan energi listrik ini akan menjadi parah dan anda sudah lepas dari tanggungjawab ketika itu terjadi. Jargon energi alternatif “yang ramah lingkungan” seperti yg anda teriakkan, sepertinya tidak akan cepat terwujud seperti harapan anda. Tinggalah pemimpin berikutnya yg peras otak untuk mencari solusi. Mari kita tunggu beberapa tahun lagi, apakah opini saya ini terbukti apa tidak? Hanya sang waktu yang akan menjawabnya.