DENPASAR, BALIPOST.com – Pemerintah pusat tahun ini menaikkan anggaran riset untuk pengembangan SDM. Di Kemenristek Dikti khususnya, anggaran untuk riset saja kini dianggarkan sekitar Rp 2,5 triliun dari sebelumnya Rp 1,75 triliun.
Riset utamanya didorong untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. “Selama ini riset hanya dibiarkan begitu saja tanpa diarahkan dengan baik, maka kedepan riset harus menjadi inovatif,” ujar Menristek Dikti RI, Mohamad Nasir disela-sela Launching Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala Renon, Denpasar, Kamis (21/2).
Riset inovatif, lanjut Nasir, adalah riset yang sesuai dengan kebutuhan industri atau masyarakat. Kenaikan anggaran riset salah satunya menargetkan peningkatan publikasi di perguruan tinggi. Yakni dari 31 ribu publikasi tahun ini menjadi 35 ribu sampai 40 ribu karya publikasi di tahun berikutnya.
Pun dari segi inovasi, ditargetkan mampu tercapai 1000 lebih startup sejak 2015 hingga 2019. Saat ini bahkan sudah ada potensi startup yang menghasilkan diatas Rp 20 miliar. Kendati untuk menjadi unicorn masih membutuhkan waktu sekitar 5 tahun lagi. Ada dari mahasiswa, dosen, dan masyarakat. “Kami selalu bekerjasama dengan daerah yaitu Balitbangda, untuk mengembangkan riset sesuai dengan local wisdom yang ada. Jadi potensi lokal harus kita dorong,” imbuhnya.
Menurut Nasir, masalah di Indonesia adalah potensi yang ada tidak dikoordinasikan dengan baik dan tidak pernah dibangun. Oleh karena itu, harus ada kerjasama yang dijalin dengan peneliti. Baik peneliti di perguruan tinggi, maupun peneliti di Lembaga Pemerintah Non Kementrian.
Pemda harus berkoordinasi dengan Kemenristek Dikti untuk mendorong riset tentang potensi daerah agar bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, pelatihan dan inkubator bisnis merupakan program yang akan dikembangkan Pemprov Bali mulai 2020 untuk meningkatkan jumlah startup di Pulau Dewata. Utamanya menyasar anak-anak muda, bekerjasama dengan perguruan tinggi.
Termasuk di dalamnya membentuk badan ekonomi kreatif. Sedangkan tahun ini, pihaknya memfasilitasi dari segi teknologi dan sarana prasarana lewat program WiFi gratis untuk semua desa adat, puskesmas, destinasi wisata, dan SMA/SMK se-Bali. Dengan harapan, usaha kecil, menengah dan mikro dapat tumbuh di desa-desa adat.
“Sedang dipetakan di semua desa produk unggulannya yang akan dipromosikan serta potensi desa-desa yang harus dipromosikan keluar. Angkanya memang belum, tapi harus tumbuh,” ujarnya. (Rindra Devita/balipost)