SINGARAJA, BALIPOST.com – Buleleng menjadi tuan rumah puncak perayaan HUT Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) ke-13, Senin (25/2). Dalam puncak perayaan hari jadinya itu, WHDI menggelar berbagai lomba berkaitan dengan Hindu dan seni budaya Bali.
Puncak perayaan ini dijadikan momentum bagi WHDI melaksanakan program organisasi terkait pengetahuan Tri Hita Karana, pelestarian seni, adat dan budaya Bali. Selain itu, momentum HUT ini juga merupakan momen bagi perempuan Hindu Bali memahami swadharmanya.
Puncak HUT ini dihadiri Ketua WHDI Pusat, Rataya Suwisma, Penasehat WHDI Provinsi Bali, Putri Suastini Koster, Ketua WHDI Bali, Bintang Puspayoga, Penasehat WHDI Buleleng, Aries Suradnyana, dan Ketua Panitia, Ida Ayu Wardhani Sutjidra.
Bintang Puspayoga mengatakan, WHDI terus memotivasi perempuan Bali sampai pelosok desa dan kelurahan untuk memahami swadharma perempuan Hindu Bali. Untuk memberikan “bekal” pengetahuan yang bisa diimplementasikan, WHDI telah menerbitkan buku saku “Swadharma Perempuan Hindu Bali.”
Buku ini, jelasnya, memuat pengetahuan tentang perempuan dalam menjalankan swadharmanya, baik sebagai ibu, istri, dan melaksanakan fungsi sosial dan domestik. Selain itu, buku saku ini memuat etika berbusana perempuan Hindu Bali.
Buku itu dibuat ringkas, bagaimana etika berbusana sesuai peruntukannya mulai dari ke Pura, ngayah, dan menghadiri upacara keagamaan. “Di HUT tahun ini kami bersama WHDI se-Bali dan atas bimbingan ibu penasehat menjalankan program dan salah satunya adalah tentang swadharma perempuan Hindu Bali itu sendiri. Kami terbitkan buku saku dan itu sudah menyebar ke desa dan kelurahan di Bali bersamaan dengan sosialisasi dan praktik langsung bekerjasama dengan Salon Agung,” tegasnya.
Penasehat WHDI Bali Ny. Putri Suastini Koster memberi apresiasi tinggi kinerja WHDI . Ia berharap, kerja keras yang sudah dilakukan ini ditingkatkan.
Ini penting karena WHDI sebagai organisasi wanita bernafaskan Hindu di tengah zaman modern seperti sekarang ini. Selain itu, WHDI memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Salah satu pekerjaan itu menyangkut masalah perempuan Hindu. Untuk itu, Putri Suastini berjanji akan meminta Gubernur Bali Wayan Koster memperhatikan dan mendukung WHDI. “Di Kabupaten/Kota saya minta melalui bagian Kesra lebih memperhatikan WHDI. Karena bagaimanapun juga WHDI adalah mitra kerjanya pemerintah,” katanya.
Ketua Umum WHDI Rataya Suwisma mengatakan, tema yang diangkat dalam HUT WHDI memiliki makna yang dalam. Untuk melaksanakan kewajiban yang meliputi Dharma Agama dan Dharma Negara, maka umat Hindu dituntut memiliki kesadaran pribadi. “Saya kira tema ini tepat karena tahun ini tahun politik, sehingga terasa kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,” katanya. (Mudiarta/balipost)