GIANYAR, BALIPOST.com – Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanjiwani kerap mendapat keluhan. Salah satunya ialah terkait lambatnya penanganan pasien yang baru datang untuk menjalani pengobatan. Tahun ini pun diperkirakan persoalan serupa masih akan terjadi, sebab RSUD yang beralamat di Jalan Ciung Wanara itu akan melakukan revitalisasi gedung rawat inap, yang sebelumnya digunakan untuk ratusan pasien.
“Tahun 2019, masih akan ada hambatan (pelayanan-red) karena gedung rawat inap akan dibongkar,” ucap Direktur RSUD Sanjiwani dr Ida Komang Upeksa ditemui beberapa waktu lalu.
dr. Upeksa menerangkan, akibat revitalisasi gedung itu akan mengurai 100 lebih tempat tidur untuk pasien, dari total tempat tidur di rumah sakit ini sebanyak 266. “Dari keseluruhan itu akan berkurang sekitar 100 tempat tidur karena gedungnya dibongkar, untuk membangun gedung rawat inap yang baru nantinya dengan kapasitas 300 tempat tidur,” katanya.
Dikatakan, bangunan baru untuk rawat ini terintegrasi dalam 3 lantai, yang menjadi satu untuk pasien bedah, penyakit dalam, kebidanan dan pasien lainya. Upaya ini diharapkan dapat mempercepat dokter dalam menangani pasien. “Nanti pasien mencari kamar juga lebih gampang,” katanya.
Selama proses pembangunan itu, Juni tahun ini diperkirakan bangunan lama mulai dibongkar, kemudian memasuki akhir tahun ini di mulai proses pembangunan bangunan baru. Proses ini diperkirakan finis Oktober 2020. “Jadi selama proses pembangunan ini memang akan terjadi hambatan (pelayanan-red), karena jumlah tempat tidur pasti akan berkurang,” katanya.
Menanggapi kondisi ini pihaknya pun diperkirakan akan selektif terhadap pasien yang opname. Sementara bila ada kejadian darurat, pihaknya memastikan bisa memanfaatkan ruangan lain yang tersedia, termasuk aula untuk perawatan pasien, jika terjadi kedaruratan. “Kalau untuk non darurat kita pakai ruang standar, karena prefasi. Nah kalau kedaruratan, misal ada wabah aula pun bisa dipakai, jadi prefasi agar berkurang,” katanya.
Selain masalah kamar, selama ini pasien juga kerap mengeluhkan lambatnya penanganan operasi. dr Upeksa beralasan kondisi ini terjadi karena keterbatasan ruang operasi yang dulu hanya ada 5 ruangan, namun saat ini sudah ada 12 ruangan operasi. ” Jadi itu seharusnya tidak ada masalah lagi. Kalau ada pasien yang tabrakan patah tulang bisa langsung diambil hari itu juga sudah siap semuanya, ” katanya.
Pihaknya juga mengakui sudah memiliki dokter spesialis dan peralatan lengkap di rumah sakit Gianyar ini. Namun bila masih ada keterlambatan, diakui karena sedang penyiapan asisten operasi. ” Kita memang masih melatih asisten operasi, jadi ruangan ada, alat ada, dokter spesialis ada, sekarang asisten itu kita harus latih dulu. Jadi kita ada peningkatan kuantitas sumber daya yang akan kita pakai operasional, yang dipakai memback up layanan operasi, ” katanya.
dr Upeksa juga mengakui bahwa pihaknya banyak menerima keluhan terkait sistem di rumah sakitnya, karena masih menggunakan pola manual. Seperti menunggu rekam medis antrean harus panjang, mencari obat antrean banyak dan lama. ” Kedepan diharap ini tidak terjadi lagi, karena kita akan memulai sistem digitalisasi, ” katanya.
Ditegaskan dengan sistem digitalisasi itu semua pelayanan akan lebih cepat. Dikatakan kini sistem ini sudah mulai disiapkan. Para digitalisasi berkerja sama dengan salah satu rumah sakit yang sudah maju. ” Sesuai kerjasama, rumah sakit itu melatih dan mendidik kita, hingga menyiapkan jaringan. SDM sudah lengkap tinggal dilatih berbarengan dengan digitalisasi kita siapkan, ” katanya.
dr Upeksa menegaskan bahwa pihaknya berupaya memaksimalkan sistem digitalisasi di RSUD Sanjiwani ini. Walau diakui proses melatih SDM sesungguhnya membutuhkan tenggang waktu. ” Tahun ini dimaksimalkan, karena melatih SDM bukan pekerjaan gampang itu berat kita paham, ” tandasnya.(manik astajaya/balipost)