Areal TPA Sente, Kecamatan Dawan, terbakar, Kamis (28/2). (BP/istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Areal TPA Sente di Desa Pikat, Kecamatan Dawan, kembali terbakar, Kamis (28/2) sore. Ini disebabkan karena menguapnya gas metan dari dasar tumpukan sampah, setelah cuaca mendadak panas dalam tiga hari terakhir.

Petugas Pemadam Kebakaran hanya bisa mencegah kebakaran agar tidak meluas dengan melakukan pendinginan. Selanjutnya, Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Klungkung, akan memasang pipa pengeluaran gas metan, agar tidak menimbulkan titik kebakaran baru.

Sejak dilakukan penanganan pada sore pascakebakaran, hingga malam penanganan masih berlangsung. Bahkan, petugas Pemadam Kebakaran standby di lokasi, untuk langsung melakukan penanganan ketika ada muncul titik kebakaran baru.

Tumpukan sampah ini sebelumnya sudah sempat ditimbun. Tetapi hanya yang di sebelah timur. Sementara kebakaran masih kerap terjadi pada tumpukan di sebelah barat.

Baca juga:  Lagi-lagi, TPA Mandung Kebakaran

Kepala Dinas LHP Klungkung A.A Ngurah Kirana mengatakan, gas metan yang terkurung di dalam tumpukan sampah, harus dikeluarkan. Caranya, tumpukan sampah ini akan “disuntik”, menggunakan pipa khusus, sehingga gas metan itu bisa keluar. Proses ini akan segera dilakukan, setelah proses pemadaman api selesai dilakukan oleh regu pemadam.

Sebelumnya, cara ini pernah dilakukan pada Juni 2018. Namun, saat itu pipanya justru ikut terbakar. “Kali ini kami akan pasang pipa yang lebih besar. Anggarannya Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Kami cek anggaran dulu, kalau tidak memungkinkan, kami upayakan dari CSR,” kata Kirana.

Pihaknya merencanakan akan memasang ini pada sepuluh titik di tumpukan sampah. Nanti sebelum dipasang, dikatakan alat berat akan digunakan untuk mengeruk tumpukan sampai sedalam enam sampai tujuh meter. Baru pipa ini dipasang.

Baca juga:  Bali Laporkan Tambahan Kasus COVID-19 Capai 3 Digit, Korban Jiwa Masih Tinggi

Lokasi TPA ini setiap harinya dikatakan memang selalu disiram. Sehingga, selalu standby mobil tangki di sekitar lokasi. Tujuannya, agar bau yang ditimbulkan tidak terlalu menyengat. Proses keluarnya gas metan yang memicu kebakaran ini dikatakan biasa terjadi, ketika sudah lama hujan, namun tiba-tiba mendadak panas beberapa hari ini. Ini yang memicu gas itu bergerak keluar. Apalagi dengan ketinggian tumpukan sampah yang mencapai sekitar 12 meter.

Sementara, meski areal TPA Sente terbakar, proses pengolahan sampah menjadi pelet di TOSS setempat tetap berjalan. Bahkan, khusus dari TPA itu pihaknya sudah mengirim sepuluh ton pelet ke PLTU Lombok. Malah hasil ujinya dikatakan sudah keluar dan hasilnya disebut sangat sukses peletnya diterapkan disana.

Artinya, tingkat akumulasi pemakaiannya sama persis dengan batubara.PT Indonesia Power pun sudah merekomendasi agar seluruh PLTU di seluruh Indonesia, menggunakan pelet. TOSS di TPA Sente saja bisa memproduksi sekitar 300 kg pelet per hari. Itu hasil olahan sekitar tiga ton sampah per hari.

Baca juga:  Pusat akan Berlakukan "Work from Bali," Pelaku Pariwisata Lokal Tuntut Dilibatkan

Proses olahan sampah di TPA ini ada juga yang dipakai pupuk. Ada juga yang pilah untuk di bawa ke bank sampah. Tetapi, meski sudah diproses demikian, masih menyisakan sampah. Karena tumpukan sampah yang dibuang kesana, masih ada residu. Seperti sampah pampers, pembalut, ranting, besi dan lainnya.

Kepala Sat Pol PP dan Pemadam Kebakaran, Putu Suarta, menegaskan pihaknya tetap menyiagakan satu regu personil Pemadam Kebakaran disana. Sehingga, ketika terjadi kebakaran lagi, maka proses pemadaman dapat dilakukan lebih cepat. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *