DENPASAR, BALIPOST.com – Infrastruktur yang makin baik, terutama di luar Bali berimbas pada bisnis angkutan darat. Dengan infrastruktur yang ada saat ini, waktu tempuh lewat darat pun makin pendek. Demikian diakui sejumlah pelaku jasa transaportasi darat.
Ketua Organda Bali, Ketut Eddy Darma Putra, mengatakan selama dua bulan di awal 2019, terjadi kenaikan jumlah penumpang angkutan darat. Kondisi ini selain karena adanya infrastruktur yang makin baik juga dipicu kenaikan harga tiket pesawat.
Meski pun periode ini merupakan low season. “Kalau kita lihat Januari ke Februari terjadi penurunan, tapi penurunan ini tidak sedrastis pada periode yang sama tahun sebelumnya, karena dibantu dengan tingginya tiket pesawat ini,” katanya.
Peningkatannya diakui tidak terlalu signifikan. Nantinya pada Juni dan Juli ia memprediksi ada kenaikan yang cukup berarti di angkutan darat ini.
Peningkatan jumlah penumpang, terutama terjadi dari Denpasar ke daerah sekitar Jawa Timur.
Hal senada diungkapkan Ketua Pawiba periode 2014 – 2019, I Nyoman Sudiarta. Angkutan darat saat ini sedang bagus, terutama di Jawa. “Saya melihat dari Januari dengan kenaikan harga tiket pesawat, selisihnya banyak. Kemarin saya berangkat dari Denpasar-Jakarta dengan Rp 800 ribu. Dari Jakarta-Denpasar paling murah mulai Rp 1 juta, itu pun yang LCC, belum lagi dengan bagasi yang berbayar,” bebernya.
Pengusaha angkutan, terutama angkutan pariwisata dan AKAP di Jawa dikatakan saat ini berhitung durasi. Misalnya dari Jakarta ke Jogja, karena sudah ada tol, bisa lebih cepat daripada dengan angkutan udara yang mesti melakukan check-in sejam sebelumnya, penerbangan kurang lebih 45 menit, bongkar bagasi satu jam.
Dengan angkutan darat, seseorang bisa berangkat dari rumah dengan waktu yang sama. “Memang sekarang fenomena angkutan di Jawa sedang bagus-bagusnya,” ungkapnya.
Ia mengutarakan dengan adanya kenaikan harga tiket penerbangan, diharapkan maskapai bisa memberikan pelayanan yang maksimal. (Citta Maya/balipost)