DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam rangka menghadapi Nyepi tahun caka 1941, RSUP Sanglah menyiagakan 7 dokter spesialis, 100 dokter residen, 75 perawat. Jumlah dokter spesialis kali ini lebih banyak dari tahun sebelumnya karena tahun sebelumnya, hanya disiapkan 5 dokter spesialis. Ketujuh dokter spesialis tersebut yaitu dokter spesialis penyakit dalam, obstetri dan ginekologi, jantung, anastesi, bedah, anak, radiologi.
Demikian disampaikan Direktur Utama RSUP Sanglah dr. I Wayan Sudana, M.Kes. didampingi Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah, Dr.dr. I Ketut Sudarthana, Sp.B (K) saat press konference, Senin (4/3).
Mulai dari pangerupukan, Nyepi dan Ngembak Geni RSUP Sanglah libur. Pelayanan berjalan seperti biasa termasuk rawat jalan poliklinik pada Senin (11/3).
Selama Nyepi, pihaknya telah menyiapkan petugas jaga, ada yang shift pagi, siang, dan malam. Petugas tersebut disiagakan selama Nyepi. Namun dikatakan, tidak ada pengantaran dam penjemputan karyawan. “Semua karyawan yang bertugas standby di RSUP Sanglah,” ujar dr. Sudartana menimpali.
Ia memberi perhatian khusus pada layanan IGD dan jantung. Maka dari itu sejak tahun lalu dokter spesialis jantung juga disiagakan. “Tenaga sudah diatur masing – masing shift, lengkap dengan ahlinya dan tenaga pendukung tidak hanya dokter, tapi juga tenaga penunjang seperti farmasi, gizi dan tenaga non medis terkait kesiapan listrik peralatan kesehatan, gizi, dll” bebernya.
Ia menegaskan pada saat Nyepi layanan kesehatan tetap berjalan kecuali rawat jalan. Bagi penunggu pasien, RSUP Sanglah juga menyediakan konsumsi, namun berbayar, mengingat pada saat Nyepi tidak ada kantin yang buka.
“Kami menyiapkan konsumsi bagi mereka untuk menjamin petugas kami bisa melaksanakan tugas dengan baik,” tandasnya.
Terkait rencana internet dimatikan, ia tidak khawatir. Karena tidak ada info kepadanya terkait internet dimatikan pada saat perayaan Nyepi.
Menurutnya, mematikan jaringan internet juga hanya untuk pemakai pribadi. RSUP Sanglah sangat membutuhkan jaringan internet. “Karena semua berbasis IT terkait persiapan obat perlu koneksi internet, dan sistem layanan kesehatan yang lain juga,” ujarnya.
Dengan sistem rujukan BPJS Kesehatan, pasien akan mencari faskes dengan lokasi yang terdekat, sehingga pasien tidak akan menumpuk ke RSUP Sanglah. Pasien yang dibawa ke RSUP Sanglah kemungkinan berkurang karena sudah dapat ditangani di rumah sakit daerah.
Melihat pengalaman tahun sebelumnya ditambah dengan sistem rujukan yang semakin baik, Sudana memprediksi terjadi penurunan jumlah pasien.
“RSUP Sanglah merupakan rumah sakit kelas A, pusat rujukan. Secara kasus hanya menangani kasus level 3. Tidak semua kasus masuk ke RSUP Sanglah, karena sudah tersaring di faskes daerah. Di daerah juga sudah ada rumah sakit swasta,” pungkasnya.(citta maya/balipost)