NEGARA, BALIPOST.com – Ribuan kilogram sampah kiriman dikumpulkan saat bersih-bersih massal yang dilakukan di areal Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Senin (4/3). Aksi bersih sampah (clean-up) secara serentak melibatkan sekitar 500 orang itu disebar di beberapa titik wilayah TNBB, yakni Karangsewu, Cekik, Prapat Agung dan Pulau Menjangan.
Sampah tersebut didominasi sampah plastik yang terbawa arus laut dan mengotori area pesisir pantai Cekik, Semananjung Prapat Agung dan Pulau Menjangan. Total dalam sehari pembersihan kemarin mencapai 2.789 kg. Selain sampah plastik juga banyak ditemukan karet/sandal, styrofoam, botol atau kaca dan sampah anorganik lainnya. Sampah yang telah dikumpulkan kemudian dibawa ke rumah pilah dan untuk sampah yang tidak memiliki nilai jual langsung diangkut menuju TPS.
Kepala Balai TNBB, Agus Ngurah Krisna K. mengatakan clean up ini merupakan langkah rutin dalam mengatasi sampah-sampah di areal pantai dan lainnya. Sampah menjadi perhatian TNBB, sebagai kawasan konservasi penting untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Berdasarkan data hasil clean up di tahun 2018 saja, TNBB berhasil membersihkan lebih dari 20 ton sampah plastik atau anorganik dari dalam kawasan konservasi. Upaya penanganan sampah ini melibatkan masyarakat sekitar untuk memberikan kesadaran bagi masyarakat agar peduli sampah. K
Pada saat bersih-bersih massal ini juga dilakukan pembacaan deklarasi peduli sampah serta penandatanganan oleh kelompok masyarakat Gilimanuk dan berbagai unsur. “Kami harapkan masyarakat akan semakin peduli dalam keikutsertaannya menjaga kebersihan dan kelestarian kawasan konservasi TNBB,” terang pejabat asal Buleleng ini.
Dengan terciptanya lingkungan yang bersih akan mendorong perkembangan wisata alam yang nantinya berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat sekitar kawasan TNBB. Total ada 500 orang yang dilibatkan mulai dari siswa-siswa dari SD, SMP dan SMA sederajat di sekitar kawasan taman nasional, instansi pemerintah dan BUMN yang berdampingan dengan TNBB, masyarakat, FKKSMG (Forum Komunikasi Kelompok Swadaya Masyarakat Gilimanuk), relawan serta pelaku wisata. (Surya Dharma/balipost)