Upacara mapepada digelar Selasa (5/3) serangkaian pelaksanaan Panca Wali Krama Besakih. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Serangkaian upacara Karya Agung Panca Wali Krama di Pura Besakih, pada Selasa (5/3) dilaksanakan upacara mapepade wewalungan di Pura Penataran Agung. Dan pada Rabu (6/3) bakal dilaksanakan Puncak Tawur Agung yang dilaksanakan di “bencingah” Besakih.

Ketua Panitia Jro Mangku Widiartha didampingi Sekteraris Karya Aji Magku Putu, Selasa (5/3) mengungkapkan, dalam pelaksanaan upacara mapepada serangkaian Karya Agung Panca Wali Krama sarana wewalungan yang dipergunakan diantaranya babi, angsa, ayam, penyu, kambing, kerbau, asu blang bungkem, sapi, menjangan dan itik. “Wewalungan yang dipergunakan saat Karya Panca Wali Krama bertambah dengan Karya Betara Turun Kabeh setahun lalu. Kalau karya biasa tidak memakai wewalungan menjangan. Dan karya sekarang ini memakai menjangan. Tujuan upacara mapepade ini adalah untuk menyempurnaan atau menyucikan semua binatang dari bhuta kembali menjadi dewa,” ujarnya.

Baca juga:  Debat Publik Kedua, Paslon Pilgub Bali Paparkan Strategi Hadapi Otda

Widiartha menambahkan, dari penggunaan sarana sanggar tawang juga mengalami penambahan. Kata dia, karya sebelumnya hanya menggunakan satu tanggar tawang.

Sementara untuk karya Panca Wali Krama ini menggunakan sebanyak lima sanggar tawang. “Lima sanggar tawang ini tempatnya di timur, selatan, barat, utara dan tengah. Kalau karya biasa hanya satu sanggar tawang di tengah saja,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Aji Mangku Putu menambahkan, sarana upacara saat Puncak Tawur mempergunakan lima banten catur di areal Karya Tawur Agung yang kalinggihang (distanakan) di sanggar tawang itu, yakni catur di bagian sisi (barat) dengan kurban kebo (kerbau) Yos Brana linggih Ida Bhatara Mahadewa, (utara) dengan kurban kebo cemeng linggih Ida Bhatara Wisnu (timur) dengan kurban Kebo Anggrek Wulan linggih Ida Bhatara Iswara (selatan) dengan kurban Kebo Bang linggih Ida Bhatara Brahma dan tengah dengan kurban Kebo Yos Brana linggih Ida Bhatara Siwa.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Naik di Atas 200 Orang, Ini Lima Penyumbang Terbanyaknya

“Dibangunnya lima palinggih sanggar tawang untuk linggih banten catur ini bertujuan untuk menyucikan seluruh isi alam semesta serta untuk membangkitkan dan meningkatkan energi serta mensejahterakan kehidupan,” katanya.

Mangku Putu menambahkan, usai upacara nantinya seluruh banten akan disatukan jadi nasi tawur. Nasi tawur itulah nantinya untuk kesuburan semesta.

Dengan harapan kita semua diberikan kemakmuran. Sedangkan, banten catur di segala penjuru untuk menghadirkan empat unsur kemahakuasaan Ida Hyang Widhi Wasa dalam bentuk Cadu Sakti, yakni Tuhan sebagai Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Kerja, Tuhan Yang Maha Ada, dan Tuhan Yang Maha Tahu. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Paripurna DPRD Bali, Koster Nilai Kemajuan Pembangunan Budaya Kurang Signifikan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *