SINGARAJA, BALIPOST.com – Ngembak Geni rangkaian Hari Raya Nyepi tahun caka 1941 di sejumlah Desa Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, salah satunya Desa Kayuputih nampak berbeda dengan daerah lain. Masyarakat setempat menjalankan nyakan diwang.

Tradisi yang sudah ada turun-temurun ini sebagai media untuk mempererat rasa kekeluargaan. Tradisi ini mulai berlangsung sesaat setelah nyipeng berakhir pukul 24.00 Wita.

Kali ini, hujan gerimis mengguyur. Namun demikian, antusiasme warga untuk menjalankan tradisi setiap tahun ini tak surut. Mereka tetap sibuk menyalakan api pada tungku dengan kayu bakar.

Baca juga:  Kesenjangan Lulusan dan Dunia Kerja di Bali Cukup Tinggi

Anak-anak pun tak ingin melewatkan. Aktivitas memasak sama halnya dengan yang dilakukan didapur.

Mulai dari menanak nasi hingga masak lauk-pauk. Suasana kekelurgaan pun sangat terasa ketika makan bersama berlangsung.

Tokoh masyarakat, I Made Seputra menuturkan tradisi ini sudah ada secara turun-temurun. Tidak diketahui kapan mulai kemunculannya. “Ini sudah jadi tradisi setiap ngembak Gni. Seluruh warga masak diluar,” tuturnya.

Momen ini menjadi ajang silaturahmi antarwarga dan keluarga. Sebuah momen yang semakin jarang dirasakan ditengah semakin padatnya kesibukan.

Baca juga:  IMF-WB Sukses Berkat Sinergitas dan Soliditas TNI-Polri

Tradisi ini juga diyakini sebagai simbol melebur dasa mala dalam diri. Berharap kehidupan kedepan lebih baik. “Ini sambil kumpul-kumpul dengan keluarga,” katanya.

Seorang warga, Nyoman Susana menuturkan momen ini sangat ditunggu-tunggu dan rutin dilaksanakan setiap tahun. Untuk mempertahankannya, desa pakraman memberlakukan denda bagi yang melanggar dan melaksanakan Guru Piduka di Pura Bale Agung desa setempat. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *