SINGARAJA, BALIPOST.com – Megoak-goakan adalah satu-satunya warisan permainan yang diciptakan Raja Buleleng Buleleng Ki Anglurah Panji Sakti. Permainan ini kini tetap lestari dan dikenal di semua kalangan warga di Desa Panji, Kecamatan Sukasada.
Bahkan, permainan ini rutin dipertontonkan saat hari raya Nyepi setiap tahun. Untuk “membentengi” warisan adi luhung itu, pemerintah diminta mengusulkan permainan Megoak-goakan itu menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Permainan megoak-goakan sendiri tidak ernah absen dipentaskan. Terutama saat hari ngembak geni Jumat (8/3). Hampir semua ana-anak dan pemuda dari semua dusun di Desa Panji memamerkan permainan ini.
Seperti dilakukan pemuda di Banjar Dinas Kelod Kauh. Mereka bermain di area jaba Pura Dalem Desa Pakraman Panji.
Atraksi permainan tradisional itu mengundang perhatian para pengguna jalan. Apalagi, lokasi pemantasannya di tepi jalan raya.
Arus lalu lintas sedikit tersendat, lantaran banyak pengguna jalan yang menepi sekadar menyaksikan atraksi permainan rakyat tersebut.
Ketua Karang Taruna Desa Panji Wayan Ganesha mengatakan, permainan rakyat megoak-goakan diyakini tercipta pada abad ke-17. Pada masa itu, permainan megoak-goakan menjadi sarana bagi Raja Buleleng Ki Anglurah Panji Sakti mengumpulkan pasukan.
Begitu pasukan terkumpul, mereka kemudian dijadikan pasukan untuk menyerang Kerajaan Blambangan. Hasilnya, semangat permainan itu membuahkan hasil, di mana Blambangan berhasil ditaklukkan menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Buleleng.
Sejak saat itu, permainan megoak-goakan terus dilestarikan oleh pemuda setempat. Permainan itu selalu dimainkan pada hari Ngembak Geni.
Sejalan dengan perkembangan zaman sekarang ini, megoak-goakan dimainkan sebagai bentuk suka cita merayakan Nyepi. Menurut Ganesha, permainan megoak-goakan kini telah didaftarkan oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Buleleng sebagai WBTB.
Sejumlah dokumen, terkait permainan ini sudah dilengkapi. Dari upaya yang dilakukan pemerintah, Ganesha berharap megoak goakan menjadi WBTB, sehingga keberadaanya akan semakin lestari dan tidak ada pihak yansg menjiplak. “Kami berharap permainan ini bisa jadi ditetapkan jadi warisan budaya,” katanya. (Mudiarta/balipost)