Ketut Purnawan memamerkan produk kerajinan asesoris pengantin Bali buatannya. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Musim nikah yang datang pada bulan ini membawa berkah tersendiri bagi perajin perak dan aksesoris pengantin di Bangli. Seperti yang dirasakan Ketut Purnawan. Perajin perak dan aksesoris pengantin yang membuka usahanya di Banjar Pande, Kelurahan Cempaga ini mengaku kebanjiran order untuk membuat aksesoris pengantin khas Bali. Orderan tak hanya datang dari konsumennya yang ada di wilayah Bangli namun juga luar Bangli.

Kepada Bali Post, Selasa (12/3), Purnawan mengungkapkan dirinya mulai kebanjiran order membuat aksesoris pengantin khas Bali sejak sebulanan terakhir. Sebagian besar konsumen yang memesan/mengorder produk asesoris buatannya merupakan salon penata rias pengantin Bali. Adapun jenis aksesoris yang banyak diorder berupa gelungan, gelang kana, sabuk, badong, petitis dan lainnya. “Paling banyak gelungan,” ungkapnya.

Baca juga:  Wagub Cok Ace Harap Bali Bisa Jadi “Hub” Perkenalkan Pariwisata Indonesia

Purnawan mengaku cukup kewalahan memenuhi banyaknya orderan yang datang pada musim nikah kali ini. Untuk bisa memenuhi semua permintaan konsumen yang datang kepadanya, dirinya sampai harus menambah jumlah pekerja untuk membantunya. “Kebanyakan ordernya mendadak. Karena salon kan biasanya nyewa aksesoris pengantinnya, tapi karena kepenuhan di tempat sewa sehingga dia terpaksa beli dan ordernya ke saya mendadak,” terangnya.

Lanjut dikatakannya konsumen yang memesan produk aksesoris buatanya berasal dari berbagai wilayah. Tak hanya dari Bangli, banyak juga pesanan datang dari konsumen yang ada di Denpasar, Gianyar, hingga Buleleng.

Baca juga:  Penyelundup Ratusan Gram Sabu Divonis 14 Tahun

Selama ini, produk asesoris pengantin khas Bali buatannya ada yang dijual secara satuan, dan ada juga yang dijual dalam bentuk paket. Biasanya satu paket aksesoris pengantin buatannya yang bahannya menggunakan perak, atau tembaga dilapisi kuningan, dibanderol dengan harga mulai Rp 7 juta hingga Rp 15 juta.

Tergantung ukuran, desain, dan kerumitannya. “Jadi sekarang ini bisa dibilang musim panen bagi perajin seperti saya. Kalau sudah habis Buda Kliwon Pegatuwakan, biasanya mulai ada order. Jadi panennya setiap enam bulan sekali,” ujarnya.

Baca juga:  Surplus Pilot, 2018 Kebutuhan Diprediksi Meningkat

Sedangkan jika tidak sedang musim nikah, Purnawan yang selama ini kerap mendapat orderan membuat mahkota untuk kontes kecantikan ini, biasanya akan beralih membuat aksesoris kecil seperti bros, giwang dan lainnya. Asesoris itu biasanya sering dipakai para wanita saat bersembahyang ke pura atau saat menghadiri kundangan.  (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *