BMKG Wilayah III Denpasar melakukan konferensi pers prakiraan musim kemarau 2019, Kamis (14/3). (BP/win)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar memprediksi musim kamarau 2019 secara merata di Bali terjadi pada bulan April hingga Mei mendatang. Sedangkan puncaknya terjadi pada bulan Agustus.

Daerah yang pertama kali memasuki musim Kemarau pada pertengahan Maret (Maret dasarian 2) yaitu wilayah Nusa Penida. Hal ini disampaikan Kepala Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar, Drs. M. Taufik Gunawan, Dipl.,SEIS., saat konferensi pers prakiraan musim kemarau 2019, Kamis (14/3).

Meskipun demikian, dikatakan kondisi iklim terkini di wilayah Bali secara umum masih ada hujan ringan hingga kategori menengah. Distribusi CH di wilayah Bali secara umum antara 20 hingga lebih dari 300 mm/dasarian.

Baca juga:  Pembobol Villa Turis Belanda 

Hal ini disebabkan masih terdapat peluang hujan pada bulan Maret terutama pada wilayah Bali bagian tengah dan selatan dengan frekuensi dan intensitas ringan-sedang. “Musim kemarau di Bali datangnya berbeda-beda di setiap wilayah, karena dipengaruhi karakteristik (topografi-red) daerah masing-masing. Kami prediksi musim kamarau secara serentak terjadi pada bulan April hingga Mei dan puncaknya bulan Agustus di seluruh wilayah Bali,” tandas Taufik.

Untuk mengantisipasi dampak yang dapat diakibatkan oleh cuaca/iklim yang terjadi pada musim kemarau, pihaknya mengimbau agar masyarakat melakukan efisiensi penggunaan air karena adanya potensi kekeringan, terutama wilayah pesisir bagian utara dan selatan.

Pola tanam untuk pertanian agar memperhatikan ketersediaan air lahan. Masyarakat juga diminta mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan dan mempersiapkan ketersediaan air bersih.

Baca juga:  Makin Banyak, Kasus Positif COVID-19 yang Tidak Punya Riwayat ke Luar Bali

Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana, Rakhmat Prasetia, SP.,M.Si., menambahkan secara umum awal musim kemarau 2019 di wilayah Bali diprakirakan masuk di Maret sebanyak 13%, di April sebanyak 54%, di Mei sebanyak 20% dan di Juni sebanyak 13%.

Daerah yang pertama kali memasuki musim Kemarau pada pertengahan Maret, yaitu wilayah Nusa Penida. Kemudian yang memasuki awal musim kemarau pada bulan April dan Mei, diantaranya wilayah Jembrana Bagian Utara, Tabanan Bagian Selatan, Tabanan/Badung/Gianyar Bagian Utara, Tabanan/Gianyar/Badung/Bangli Bagian Tengah, Tabanan/Bangli Bagian Barat Laut, Bangli Bagian Utara, Buleleng Bagian Timur, Karangasem Bagian Utara, Karangasem Bagian Timur, Gianyar Bagian Selatan, Klungkung Bagian Selatan, Karangasem Bagian Selatan, Tabanan Bagian Selatan, Badung Bagian Selatan dan Kota Denpasar.

Baca juga:  Pelaksanaan Piala Dunia U20, Indonesia Masih Berupaya Lobi FIFA

Sedangkan wilayah yang terakhir memasuki Awal Musim Kemarau yaitu di awal Juni (Juni dasarian 1), diantaranya Buleleng Bagian Selatan dan Karangasem Bagian Tengah.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai, Bambang Hargiyono, S.Si., mengatakan musim kemarau juga berdampak terhadap penerbangan. Dampak positifnya, jarak pandang di bandara relatif semakin panjang dan luas. Sehingga, gangguan-gangguan saat take off maupun landing sedikit berkurang.

Sedangkan dampak negatifnya, temperatur udara akan semakin tinggi, sehingga mempengaruhi daya angkat pesawat pada saat take off maupn landing. “Jadi kalau musim kemarau dengan temperatur suhu tinggi, maka pesawat akan mengurangi muatan,”pungkasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *