Kopi Rabusta. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Bulan Februari kemarin, kopi robusta Pupuan Tabanan diekspor lewat pengeskportir dalam hal ini Fortanium ke Korea Selatan. Jumlah yang di eskpor adalah lima ton. Jumlah ini baru sebagian dari permintaan awal yaitu 15 ton. Diharapkan sisanya akan dikirim secara bertahap oleh eksportir.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Tabanan, Dewa Budidana Susila, Kamis (14/3) mengatakan ekspor kopi robusta yang dihasilkan petani Pupuan yang masuk dalam Masyarakat Perduli Indikasi Geografis (MPIG) sudah dikirim satu kontainer atau sebanyak lima ton pada bulan Februari lalu. “Sebenarnya sudah siap 15 ton sesuai permintaan. Tetapi baru dikirim satu kontainer atau lima ton. Sisanya bertahap bulan Maret dan April,” ujarnya.

Baca juga:  Seperempat Dana Wisatawan Digunakan untuk Mamin

Bertahapnya Fortanium mengekspor kopi robusta Pupuan ini menurut Dewa Budi karena mereka sedang fokus di daerah Sumatra yang harga jual kopinya diberikan lebih rendah dibandingkan kopi robusta Pupuan. Kopi Robusta Pupuan kata Dewa Budi kualitasnya memang baik sehingga harga jual ke eskportir lebih mahal dibandingkan daerah lain. Sesuai kesepakatan dijual Rp 32.000 perkilogramnya untuk kopi kualitas ekpor. Meski lebih mahal, tahun ini eksportir tetap melakukan permintaan terhadap kopi robusta Pupuan meski belum dipastikan jumlahnya.

Mengenai hasil panen kopi tahun 2019 ini kata Dewa Budi diprediksi sama dengan tahun 2018 melihat cuaca yang saat ini terjadi siklusnya sama dengan cuaca tahun 2018. Menurut Dewa Budi saat ini kopi di Pupuan produktifitasnya sekitar 90 persen namun karena cuaca yang tidak terlalu mendukung pencapaian 100 persen panen di tahun ini diprediksi tidak tercapai.

Baca juga:  Dari Bojonegoro ke Belanda, BRI Dukung Matoh Perkuat Ekspor

Lebih lanjut dijelaskan Dewa Budi jika musim mendukung, maka seharusnya panen kopi akan menghasilkan 1 ton per hektar. Tetapi karena kondisi cuaca sama dengan tahun 2018 akan terjadi penyusutan produksi panen dari seharusnya. “Kalau musim bagus dan mendukung satu hektar bisa menghasilkan satu ton kopi. Tetapi prediksi cuaca yang tidak mendukung, maka hasil panen 2019 nanti diperkirakan menjadi 900 kilogram per hektar,” jelas Dewa Budi.

Baca juga:  Dukung Sektor Hilir, Bupati Tamba Lepas Biji Kakao ke POD Baturiti

Panen kopi yang baik memang sangat tergantung dengan musim. Dijelaskan Dewa Budi saat kopi tumbuh bunga memerlukan air yang cukup biasanya pada bulan Maret hingga Mei. Dan pada Juni hingga Juli saat tumbuh buah diharapkan mendapatkan sinar matahari yang cukup sehingga panen pada Agustus hingga Oktober bisa maksimal. “Bulan bulan ini tanaman kopi sedang berbunga. Dilihat kondisi cuaca sekarang antara musim hujan dan panas silih berganti. Sehingga ditakutkan mempengaruhi hasil panen tanaman kopi yang sekarang sudah tumbuh baik,” jelas Dewa Budi. (wira sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *