SINGARAJA, BALIPOST.com – Tertimpa pohon Asem tumbang membuat sejumlah deretan pelinggih di Pura Daem, Desa Pakraman Joanyar, Kecamatan Seririt mengalami kerusakan. Diduga, pohon yang berusia ratusan tahun silam itu roboh karena akarnya tidak kuat menyangga akibat hujan deras yang melanda Desa Joanyar pada Selasa (12/3) yang lalu.
Pasca kejadian itu, batang pohon dengan diameter sekitar 45 centi meter itu hingga Kamis (14/3), belum di evekuasi. Ini karena pemangku dan prajuru desa pakraman maish menempuh upaya niskala agar pembersihan batang pohon itu bisa dilakukan dengan lancar tanpa ada dampak secara niskala di kemudian hari.
Pantauan di lokasi kejadian, tampak batang dan ranting dari pohon asam dibiarkan menimpa deretan pelinggih di pura dalem setempat. Warga belum berani membersihkan kawasan pura, karena pohon berusia sekitar 200 tahun silam disakralkan.
Bahkan, setelah pohon diketahui tumbang, mandadak ada seorang warga kerauhan. Seseorang yang kerahuan itu berujar kalau pohon itu roboh karena Ida Bhtara yang berstana di pohon itu telah bergeser.
Kelian Desa Pakraman Joanyar Kajanan, Kecamatan Seririt Jro Ketut Suyasa menceritkan, pohon yang diperkirakan berusia ratusan tahun itu tumbang sekitar pukul 20.00 wita. Sebelum kejadian, ujan deras dan angin kencang terjadi di desanya. Diduga karena cuaca buruk itu, keeskan harinya warga heboh setelah mengetahui phon di area pura ditemukan telah roboh. Batang dan dahan yang maish rimbun itu menimpa bagian piasan pura dalem dan Pelinggih Taru Asam. Bangunan pelinggih ini mengalami kerusakan berat karena kerasnya benturan batang kayu saat kejadian. Sementara, Pelinggih Sekepat Sari, Surya dan Pelinggih Taksu juga mengalami kerusakan sedang. “Karena benturan pohon itu pelinggih di pura ini rusak. Kalau sebabnya kami bisa pastikan, tapi sebelum kejadian itu memang hujan dan angin kencang, dan di luar itu kami tidak tahu, namun pohon ini sangat disakralkan karena ada melinggih di sana,” katanya.
Menurut Suyasa, dalam waktu dekat ini, pemangku bersama warga akan melakukan persembahyangan untuk nunas baos (memohon petunjuk-red) agar kerusakan pelinggih dan pohon tersebut bisa dievekuasi dari lokasi kejadian. Nantinya, kalau petunjuk itu sudah didapat, pihkanya baru akan memohon bantuan pemebrsihan kepada instsnasi yang membidangi. Selain itu, penanganan kerusakan areal pura akan diusulkan kepada pemerintah daerah. Ini karena, kemampuan warga untuk menyiapkan biaya perbaikan yang tidak mencukupi, sehingga satu-satunya adalah meminta bantuan meteriil dari pemeirntah. “Belum kami izinkan karena Pura ini sangat pingit sekali. Kami diskusikan lagi kapan sekiranya upacara secara niskala itu akan dilakukan, setelah itu kami baru minta bantuan pemerintah untuk membersihkan dan juga perbaikan kerusakan pura ini akan kami harapkan ada bantuan, karena kami sendiri tidak mampu untuk menyiapkan biaya yang tidak sedikit,” tegasnya. (Mudirta/Balipost)