DENPASAR, BALIPOST.com – Tantangan terbesar dalam Pilpres adalah hoax. Hal ini disadari Plt. Ketua Partai Golkar Bali, Gde Sumarjaya Linggih. Untuk itu, dalam “melawan” hoax, ia bersama jajaran partainya gencar mensosialisasikan informasi yang benar dan prestasi Jokowi-Ma’ruf.
Partai Golkar, khususnya di Bali hingga kini tetap solid mengkampanyekan pasangan calon presiden dan wakil presiden, Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Utamanya berusaha keras mencapai target perolehan suara 85 persen.
Apalagi, perolehan suara di Bali juga diharapkan bisa menutupi kekurangan perolehan suara di daerah lain. “Maka dari itu, kami terus semangat untuk menambah. Walaupun sekarang ini secara survey, kami sudah mencapai 85 persen untuk kemenangan Jokowi-Ma’ruf ini,” ujar l Sumarjaya Linggih saat masimakrama ke Bali Post, Jumat (15/3).
Menurut pria yang akrab disapa Demer ini, ia bersama kader Partai Golkar terutama yang menjadi kandidat dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 setiap hari selalu membicarakan dan mensosialisasikan Jokowi-Ma’ruf agar dipilih masyarakat. Sebab, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 bukanlah pilpres biasa. “Tapi ini pilpres yang betul-betul akan menentukan arah daripada kebijakan ke depan, arah daripada perpolitikan Indonesia ke depan. Nah untuk itu, saya juga telah memerintahkan caleg-caleg Partai Golkar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Utamanya tentang Pilpres ini,” jelasnya.
Sejalan dengan Pilpres, Demer juga menekankan target perolehan suara untuk Pileg kepada para caleg dari Partai Golkar. Masing-masing 3 kursi DPR RI, penambahan 2 hingga 3 kursi DPRD Bali, dan tentunya target peningkatan kursi di DPRD kabupaten/kota.
Seluruh jajarannya telah diinstruksikan agar tidak main-main dalam Pileg dan Pilpres 2019. Dengan demikian, Partai Golkar yang selama ini memegang teguh NKRI, menjadi pengemban Pancasila, dan memegang teguh kebhinekaan tetap eksis di Bali kedepannya. “Kalau boleh dibilang mungkin sekarang ini kami adalah garda terdepan, karena partai kami harga matinya adalah NKRI, Pancasila, dan kebhinekaan. Tentu tidak hanya sekedar slogan, ini perlu kerja keras,” terangnya.
Apalagi, sekarang sudah terlihat pula kerja nyata dari pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini. Baik soal pertumbuhan, pemerataan, maupun pelaku ekonomi baru.
“Memang kenyataannya bahwa pertumbuhan yang berkualitas, yaitu pertumbuhan dengan pemerataan dengan pelaku baru dan itu semua sudah dilakukan. Baik itu melalui infrastruktur, maupun melalui pemberdayaan terhadap program keluarga harapan,” imbuh calon anggota DPR RI pada Pileg 2019 ini.
Program keluarga harapan, lanjut Demer, saat ini anggarannya bahkan naik dua kali lipat untuk keluarga penerima manfaat. Dalam hal ini, keluarga miskin yang tertinggal oleh pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, dibantu uang tunai dan barang secara berkesinambungan. Namun, tetap ada pendamping yang mendampingi mereka sampai menjadi pelaku baru di dunia usaha.
“Diharapkan setelah dia mampu berusaha, maka jumlah keluarga penerima manfaat menjadi berkurang sehingga kesenjangan bisa diatasi. Kesenjangan ini problem besar di negeri kita,” paparnya.
Demer menambahkan, program-program yang pondasinya sudah sangat bagus ini mestinya tetap berkelanjutan kedepan. Bahkan bisa digenjot agar lebih bagus lagi, ketimbang membuat program baru yang sifatnya mencoba-coba. Oleh karena itu, pihaknya tidak ingin sistem yang ada sekarang sampai berubah karena memang sudah berjalan dengan baik dan ada pertumbuhan yang dirasakan.
“Arah daripada pertumbuhan, pembangunan, ideologi, arah negara, dan sebagainya, kalau ini salah dalam Pilpres ini akan berubah dan kita tahu banyak negara gagal. Bukan karena SDM, bukan karena SDA, tapi karena sistem politiknya yang berubah,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)