Ribuan warga Desa Giri Emas mengikuti prosesi upacara Ngusaba Bukakak Kamis (21/3) . (Mudiarta/Balipost)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Warga Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan memiliki ritual upacara unik dan tetap lestari sampai sekarang ini. Ritual itu dikenal dengan nama kota Ngusaba Bukakak yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Selain wujud bhakti kepada Ida Bhatara, upacara ini diyakini memohon kesuburan hasil pertanian di daerah ini.

Puncak upacara ini berlangsung Kamis (21/3), bertepatan pada Purwani Sasih Kedasa atau tepatnya sastu hari setelah Purnama. Prosesi upacara disi dengan melancaran (berkunjung,red) Ida Bhatara Sasuhunan Pura Gunung Sekar dengan pengusungan Sarad dan Sarad Ageng yang diyakini simbul linggih Dewa Wisnu. Penetapan tujuan dari upacara melancaran itu melalui ritual niskala, sehingga tujuan dari melancaran itu tidak bisa ditebak sebelumnya.

Sarad Ageng itu terbuat dari bambu yang dihias dengan puluhan batang ambu (Daun Enau muda-red). Dibeberapa bagian ujungnya berisi bunga Pucuk Bang (Bunga Pucuk Merah). Sarad ini dibuat mirip seperti Garuda sebagai simbul linggih Dewa Wisnu. Sarad Ageng menjadi sarana utama dalam tradisi Ngusaba Bukakak. Dalam Sarad Ageng berisi sejumlah sarana upacara diantaranya babi hitam yang tumbuh taring. Babi itu dipangang dan sebagian lagi dibiarkan mentah.

Baca juga:  Ekonomi Bali Tumbuh Sebesar 5,94 Persen

Sekitar pukul 13.00 wita, prosesi di mulai di mana ribuan warga mengikuti upacara ini. Diawali dari Pura Subak, Giri Emas pemuda laki dan permepuan mengusung sarad yang sangat disakralkan. Kemudian disusul Sarad Ageng yang disuung oleh orang dewasa laki-laki. Prosesi diawali dengan mesucian ke Pura Pancoran Emas dan kembali ke Pura Subak Desa Giri Emas. Selanjutnya, dari Pura Subak ini Sarad dan Sarad Agung diusung menuju Pura Gunung Sekar dengan jarak sekitar 300 meter di sebelah barat Pura Subak Giri Emas.

Baca juga:  Sejak Awal Oktober, BPBD Catat Ada 6 Kasus Lahan Terbakar

Setelah mengikuti proses persembahyangan, dari pura itu mulai Melancaran menuju Pura Desa Bale Agung. Iring-iringan sarad ini melewati Jalan Surapati, Hasanudin, Gajah Mada, dan di Jalan Mayor Metera di mana lokasi Pura Desa Bale Agung.

Perjalanan iring-iringan dari Bukakak dahulu melintasi areal persawahan dan perkebunan. Karena ada kenyakinan, areal persawahan dan perkebunan yang dilintasi iring-iringan Bukakak dapat memberikan berkah kesuburan yang melimpah. Sementara untuk tahun ini tujuan ke Pura Desa Bale Agung sudah menjadi kehendak Ida Bhatara. Tujuan ini sebelumnya pernah dipilih pada 2001 yang lalu.

Baca juga:  Lahan Pertanian di Subak Batuaji Diserang Hama Tikus

Klian Subak Dangin Yeh Ketut Sukrana mengatakan, penentuan tujuan Melancara ke Pura Desa Bale Agung ini dilakanakan, pada Senin (18/3) lalu melalui ritual Nuntun Ida Betara Mutering Jagat Sesuhunan di Pura Gunung Sekar. Dalam prosesi ini, Ida Bhatara memebrikan petunjuk bahwa Sarad Ageng itu Melancaran ke Pura Desa Bale Agung, Desa Pakraman Buleleng. “Ini yang dinanti-nanti oleh krama, karena ingin tahu kemana Ida Bhatara melancaran. Sehingga seluruh krama tangkil ke Pura Subak ikut menyaksikan prosesi ini,” katanya.

Sementara itu, selama proses upacara Ngusaba Bukakak kemarin, warga antusias menyaksikan prosesi unik tersebut. Warga meyakini dengan dilintasi iring-iringan Ida Bhatara memebrikan berkah dan kerahayuan jagat. (Mudiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *