GIANYAR, BALIPOST.com – Suasana di SDN 2 Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring mendadak histeris pada Senin (25/3). Pasalnya plafon di ruang kelas III sekolah itu mendadak jebol saat proses belajar baru mau dimulai.

Akibat kejadian ini seorang siswa kelas II, Ketut Agus Arta Yasa mengalami luka di kepala, bahkan harus mengalami empat jahitan.

Kepala SDN 2 Pejeng Kangin, Ida Ayu Nyoman Sukarini, ditemui menjelaskan insiden ini terjadi Senin siang sekitar pukul 10.15 wita. Saat kejadian itu ia mengaku sedang mengetik berkas di ruang kepala sekolah.

“Kejadiannya, jam pelajaran kedua. Anak-anak baru masuk ruangan mau kembali belajar. Gurunya juga baru mau masuk kelas. Tahu-tahu terdengar suara brug di ruang kelas III,” ungkapnya.

Beberapa detik setelah suara gemuruh itu, langsung terdengar teriakan histeris dari 23 siswa yang ada di kelas III. Sukarini dan para guru lainya langsung menuju lokasi kejadian.

Mereka pun terkejut melihat puluhan anak didiknya terperangkap di bawah plapon yang baru jebol. Sukarini mengatakan awalnya plafon yang bagian timur yang jebol.

Baca juga:  Pelajar Lakalantas di Perempatan Tegalcangkring

Usai itu para siswa langsung menuju bagian barat kelas. Ternyata beberapa detik kemudian, seluruh plafon jebol. “Untungnya anak-anak pernah diberikan sosialisasi bencana, mereka semua masuk ke kolong meja,” jelasnya.

Dikatakan setelah plafon roboh, pihaknya berusaha mengeluarkan anak-anak melalui kolong meja menuju pintu keluar. “Anak-anak merangkak di bawah meja menuju pintu,” ungkapnya.

Warga di sekolah itu punya semakin terkejut melihat seorang siswa di kelas itu, I Ketut Agus Arta Yasa keluar dengan berlumuran darah di kepala sampai membasahi baju seragam. Bocah 10 tahun ini mengalami luka pada bagian kepala ini pun langsung dilarikan ke Puskesmas.

“Katanya anak itu sedang menggeser-geser meja, lalu dia berdiri dan dia kena. Kebetulan, anak ini (korban-red) juga paling tinggi diantara teman-temannya,” jelas Sukarini yang menjabat kepala sekolah sejak setahun lalu.

Sukarini mengungkapkan sekolah itu terakhir kali direhab sekitar 7 tahun lalu. Namun beberapa bulan bangunan tersebut memang sempat bocor, hal ini diduga karena ada genteng yang pecah.

“Sebelum roboh ini, sempat bocor, ada genteng pecah. Memang sudah ada plafon sampai melengkung. Pas plafon melengkung, kayaknya masih aman. Tapi saya sudah panggil komite, ajak rembug. Kami sudah bikin proposal, biar cepat penanganan, biar cepat rehab,” jelasnya.

Baca juga:  Soal Dana BOS Langsung ke Rekening Sekolah, Ini Kata Disdikpora Bali

Atas kejadian tersebut, pihak sekolah langsung mengontak Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar.

Pada sorenya, sejumlah pekerja langsung membersihkan plafon yang jebol. Termasuk membongkar plafon di ruang guru yang rapuh. “Untuk proses belajar mengajar besok, masih ada 4 ruangan yang masih bisa dipakai. Untuk jelas 1, 2, 3 dan 4 masuk pagi. Lalu kelas 5 dan 6 masuk sore,” tandasnya

Secara terpisah Sekdisdik Gianyar Wayan Sadra mengatakan plafon yang jebol itu akan segera diperbaiki. Hal ini dilakukan karena siswa akan segera mengikuti ulangan.

Selain itu insiden ini dianggap bencana, sehingga bisa segera diperbaiki menggunakan anggaran bencana. “Ini masuk kategori bencana, segera diperbaiki dengan anggaran sekitar Rp 200 juta,” katanya.

Sementara korban Ketut Agus Arta Yasa tampak ditengok oleh petugas dari Pemkab Gianyar di rumahnya. Siswa itu tampak malu-malu dan hanya menganggukkan atau menggelengkan kepala saja ketika ditanya. “Anak saya sudah mendapat perawatan, sekarang kondisinya sudah baikan,” kata ibu korban, Ni Nyoman Kerti, saat ditemui di rumahnya.

Baca juga:  Siswa dan Perilaku “Deviant”

Nyoman Kerti mengaku saat kejadian ia sedang bergotong-royong di rumah saudara. Namun Senin siang, ia punya firasat ingin menjemput anak ke sekolah. “Tidak ada yang memberi tahu, saya niat saja ke sekolah. Pas di sekolah saya baru tahu ada kejadian begini, dan katanya anak saya sudah dibawa ke Puskesmas,” katanya.

Usai mendapat perawatan di puskesmas, korban langsung diijinkan pulang. “Anak saya ada dua luka di atas kepalanya, dijahit masing-masing 2 jahitan. Jadi totalnya ada 4 jahitan,” ujarnya.

Menurut Nyoman Kerti, sampai dua hari ke depan, putranya diberikan istirahat tidak sekolah. Karena luka tersebut harus kembali dikontrol ke dokter.

Nyoman Kerti mengaku sudah menanyakan pelan-pelan kepada putranya. “Katanya dia pas benerin bangku di kelas, lalu plafon jatuh, kena kepalanya. Kebetulan juga anak saya ini biasanya paling tinggi besar di kelas jadi langsung kena,” sebutnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *