NEGARA, BALIPOST.com – Padi rebah dampak dari hujan deras disertai angin di Jembrana meluas. Hampir seratusan hektare tanaman padi yang terdampak padi rebah tersebut.
Sebagian besar sudah berbulir dan siap panen. Petani mengaku pasrah dengan kondisi itu dan berharap hujan reda.
Dari pengamatan, Senin (25/3), di Subak Pangkung Gondang, Dangintukadaya, kondisi padi rebah ini hampir merata. Padahal umur tanaman padi itu di antaranya sudah layak panen.
Beberapa tanaman padi itu sudah layak panen (menguning). Namun banyak juga yang masih hijau namun sudah rebah. “Hampir merata di sini, sekarang nunggu tenaga panen yang bergilir. Kalau memakai mesin sudah pasti hancur (beras),” terang salah seorang petani.
Di sisi lain, tenaga manual (sekaa manyi) untuk panen ini sudah berkurang. Sebagian besar petani sudah terbiasa memanfaatkan mesin panen padi yang lebih praktis. Ketika kondisi yang tak terduga seperti ini, tenaga manual sangat dibutuhkan.
Namun, para petani harus bergilir mendapatkan jadwal untuk panen padi tersebut. Selain itu, ongkos tenaga untuk panen itu juga naik dibandingkan panen saat kondisi normal. Karena masih menunggu giliran, bulir-bulir padi yang dihasilkan tidak sebagus seperti biasa. Bahkan di antaranya sampai ada yang sudah tumbuh lagi (mentik). “Ya kita berharap agar tidak hujan lagi. Kalau hujan lagi tambah rusak, padi terendam air. Kita juga susah untuk memanen padi,” ujar Wernen (54).
Selain operasional naik, harga jual padi yang rebah itu juga turun. Penebas enggan membeli harga seperti padi dipanen kondisi berdiri.
Sebab, kualitas yang dihasilkan juga tidak sama. Perlu banyak waktu untuk mengeringkan. Petani juga khawatir padi mereka semakin rusak bila tidak segera dipanen. Bahkan ada bulir-bulir yang tumbuh lagi karena masuk ke tanah.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, I Wayan Sutama mengatakan dari pengecekan Dinas di Subak-subak di Jembrana yang mengalami kondisi padi rebah hampir seluas 100 hektare. Namun sepertiganya menurutnya sudah ada yang panen. “Belum ada indikasi Puso (gagal panen). Relatif masih bisa diamankan hasilnya,” tambah Sutama.
Pihaknya juga berharap tidak ada hujan lagi selama masa panen ini. Dari pantauan, selama dua pekan terakhir hujan ekstrem terjadi hampir setiap hari. Tekanan air yang kuat disertai angin memudahkan padi yang sudah berisi rebah. (Surya Dharma/balipost)