Akhir-akhir ini, Indonesia umumnya dan Bali khususnya dapat dikatakan keadaan darurat terhadap musuh manusia terbesar yaitu narkoba, miras, begal, bahkan terorisme. Di Bali, kita punya organisasi sosial tradisional seperti banjar, desa adat yang masih sangat efektif dalam membentengi diri dari berbagai rongrongan kejahatan narkoba, miras, begal/geng motor, teroris.

Hal ini dapat dilaksanakan bila kita mulai komunitas paling kecil seperti keluarga dengan konsisten menanamkan nilai–nilai pendidikan keluarga. Karena pendidikan keluarga itu sendiri adalah usaha sadar untuk menanamkan nilai-nilai agama, budi pekerti, sopan santun, dan tata krama dalam keluarga, masyarakat dan seterusnya.

Baca juga:  Soal "Nyengker Setra"

Di sinilah peranan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan RI melalui Direktorat Pendidikan Keluarga seyogianya gencar memberikan pedoman pada aspek komunikasi informasi dan edukatif (KIE). Nyatanya sampai saat ini pendidikan keluarga sama sekali tidak terdengar gaungnya di masyarakat.

Padahal, kalau diumpamakan sebuah bangunan: pendidikan keluarga adalah fondasi yang pertama dan utama. Atas dasar inilah, penulis berharap Kementerian Pendidikan RI atau di daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan melalui Pemprov menggagas secara inovatif menindaklanjuti dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan atau sosialisasi terhadap materi pendidikan keluarga. Kalau saja strategi ini diterapkan di banjar, desa adat, maka terjadi upaya pemberdayaan kepada masyarakat secara bertahap dalam hal pendidikan keluarga.

Baca juga:  Sampah Masalah Kita Bersama

Inilah materi pembekalan bagi masyarakat yang dapat membentengi iman dan takwa (imtak) mereka dalam mengarungi hidup dan kehidupan di dunia ini.

Drs. I Ketut Suharthana, M.Pd.

Jl. Dewata 1.A  No. 8, Sidakarya, Denpasar

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *