SINGARAJA, BALIPOST.com – Pementasan Tari Magoak-goakan menyita perhatian peserta upacara dalam upacara HUT Kota Singaraja ke-415 di lapangan Taman Kota Singaraja, Sabtu (30/3). Garapan dalam bentuk fragmentari ini ditampilkan komunitas seni Bala Goak, Desa Panji, Kecamatan Sukasada.
Pementasan ini tidak lepas dari wujud bakti dan mengingatkan kembali spirit magoak-goakan yang digelorakan Raja Buleleng Ki Gusti Anglurah Panji Sakti saat akan menyerang Kerajaan Blambangan. Magoak-goakan sejak awal dikenal sebagai tarian yang tercipta pada masa Raja Ki Gusti Anglurah Panji Sakti.
Pasukan Goak merupakan pasukan tangguh Raja Panji Sakti bersama patihnya Ki Tamblang. Dengan spirit dan kepercayaan akan taksu perjuangan, pasukan berhasil menaklukan Kerajaan Blambangan menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Den Bukit (Buleleng).
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana usai menghadiri upacara mengatakan, tema HUT Kota Singaraja, “Bersatu Merangkai Warna Nusantara” merupakan momentum penting untuk menjaga persatuan dalam keberagaman masyarakat Buleleng. Semangat ini diharapkan memberi vibrasi positif dalam melanjutkan pembangunan.
Memasuki kempemimpinannya kedua, sejumlah pencapaian pembangunan di dalam kota. Selain menuntaskan perbaikan infrastruktur, penataan lingkungan perkotaan sudah berhasil dan masih terus dilanjutkan.
Penataan ini melalui penambahan Ruang Terbuka Hijau (RTH), sehingga ruang publik ini bisa dimanfaatkan warga kota atau masyarakat umum lain. “Seluruh pencapaian dan proses pembangunan yang saat ini masih berjalan ditujukan sepenuhnya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Buleleng. Saya mengajak seluruh komponen daerah menumbuhkan rasa bangga dan berperan aktif dalam membangun,” katanya.
Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna mengatakan, kebijakan pembangunan dalam kota sudah banyak yang berhasil. Selain menambah banyak ruang terbuka hijau (RTH), pemerintah sedang merevitalisasi Pasar Banyuasri.
Namun demikian, masih ada masalah yang belum tertangani, seperti persoalan daerah rawan banjir, kebersihan, dan penyiapan sarana prasarana untuk kaum disabilitas. “Yang sudah berhasil seperti RTH, perbaikan pasar, dan penataan kota. Setelah ini, kami harapkan penataan dilakukan lagi karena kami melihat masih ada yang belum, seperti kebersihan, banjir, dan sarana untuk disabilitas. Kami akan dorong, sehingga kebijakan penataan dalam kota ke depan berjalan optimal,” jelasnya.
Puncak HUT Kota Singaraja jga disi dengan pementasan Tari Rejang Renteng Masal. Dipentaskan masal karena total penari ini lebih dari 7.000 orang.
Penari ini merupakan utusan masing-masing desa dan kelurahan. Kepala Dinas Kebudayan (Disbud) Buleleng Gede Komang mengatakan, alasan mementaskan Tari Rejang Renteng karena pada HUT Kota Singaraja tahun ini untuk memberikan pemahaman sekaligus mengedukasi masyarakat untuk mengerti dan bisa menari Rejang Renteng.
Ini penting karena sesuai Tatwa Hindu, Rejang Renteng merupakan tari sakral atau tari wali yang dijadikan rangkaian pelaksanaan upacara yadnya. “Ini bagian pembinaan sekaligus menggalkan tarian di masyarakat, sehingga di setiap desa atau keluahan ketika menggelar upacara yadnya, maka ketika mementaskan Rejang Renteng tidak akan sulit, dan sekaligus kesmepatan ini untuk edukasi dan pelestarian warisna kesenian,” jelas Mantan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Buleleng ini. (Mudiarta/balipost)