SINGARAJA, BALIPOST.com – Pembangunan pasar darurat untuk menampung pedagang Pasar Banyuasri yang akan direvitalisasi mulai tahun ini molor dari rencana awal. Tadinya awal bulan ini pasar darurat sudah dibangun, namun rencana itu meleset. Penyebabnya karena pembangunan pasar darurat itu gagal tender. Konon, perusahaan tidak berani menawar pelaksanaan pekerjaan pasar darurat yang direncanakan satu setengah bulan tersebut.
Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian (Disdagprin) Buleleng Ketut Suparto tidak menapik pembangunan pasar darurat di Terminal Banyuasri itu gagal tender. Suparto mengatakan, setelah dokumen lelang diumumkan Badan Layanan Pengadaan (BLP) Barang dan Jasa Pemkab Buleleng, ada sekitar 10 rekanan yang meminta penjelasan lebih detail terkait pekerjaan tersebut.
Berdasarkan dokumen perencanaan, pasar darurat dibangun dalam waktu satu setengah bulan. Selain waktu pelaksanaan, informasi teknis teknis terkait paket pekerjaan yang dihitung dengan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Setelah dipelajari, dokumen perencanaan itu nilainya kurang dari nilai HPS. Atas kondisi ini, 10 rekanan tersebut tidak mengajukan penawaran, sehingga tender pertama gagal menetapkan pemenang.
“Tanggal 1 April 2019 informasi dari BLP menyebut tender pasar darurat gagal. Dalam perencanaan nilai yang kita cantumkan kurang dari HPS. Masalah ini rekanan tidak ada menawa, dan berkas lelang sudah kami terima kembali dan sedang disempurnakan,” katanya Kamis (4/4).
Menurut mantan Kabag Ekonomi Pembangunan (Ekbang) Sekkab Buleleng ini, gagalnya tender pembangunan pasar darurat ini tidak berpengaruh terhadap jadwal relokasi pedagang dari Pasar Banyuasri saat ini maupun terhadap pelaksanaan pekerjaan fisik tahap awal revitalsiasi Pasar Banyuasri. Ini karena, setelah minggun ini perbaikan dokumen lelang sudah tuntas dan kembali diumumkan di BLP, dipastikan rekanan yang sebelumnya sudah meminta penjelasan teknis tinggal mengajukan penawaran.
Dia memperkirakan paling lambat dua minggu di bulan ini ada pemenang tender, sehingga pertengahan April pasar darurat mulai dibangun, dan paling lambat awal Juni 2019 pedagang Pasar Banyuasri aan direlokasi. Demikian pula, pelasanaan fisik tahap awal diapstikan tidak akan terdmapak. Sebab, pelaksanaan revitalisasi Pasar Banyuasrisudah ditetapkan multiyes dengan sekama tahun jamak. Itu artinya, dimulai tahun ini dan berakhirnya adalah tahun 2020 mendatang.
“Untuk keterlambatan pembangunan pasar darurat sekitar 2 minggu saja dari jadwal semula. Ini tidak juga berpengaruh dengan pelaksanaan fisik tahap awal, karena pembangunan fisik berakhir 2020 mendatang, sesuai kesepakatan multiyes dengan seka tahun jamak,” jelasnya.
Di tempat terpisah, Kepala BLP Pemkab Buleleng Putu Adiptha mengatakan, pelaksanaan pembuatan pasar darurat tersebut waktunya bisa dibilang singkat. Selain karena masalah administrasi dokumen lelang yang belum lengkap, pihkanya meperkirakan rekanan masih berhitung dengan matang untuk bisa melaksanakan pembangunan pasar darurat tuntas hanya dalam satu setengah bulan saja.
Saat ini, pihkanya masih menunggu perbaikan berkas lelang dari PPK Disdagprin Buleleng. Dperirakan, Senin (8/4) depan, berkas kembali diumumkan untuk ditender ulang. Pihaknya berharap, tender kedua ini bisa berjalan lancar, sehingga pemenang lelang bisa ditetapkan dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan.
“Waktunya memang singkat dan kemungkinan hal itu membuat rekanan harus berhitung biar proyeknya tidak bermasalah di kemudian hari. Kalau sekarang dokumen lelang disempurnakan dan pekan depan kita umumkan dan semoga saja tidak lagi gagal dan pemenang dapat ditetapkan,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, revitalsiasi Pasar Banyuasri tahap pertama mulai dikerjakan tahun ini menghabiskan anggaran Rp 100 miliar. Untuk menampung pedagang saat ini, Disdagprin membangun pasar darurat di Terminal Banyuasri bergabung dengan pedagang pasar tumpah. Sementara, lokasi rumah toko (ruko) dibangun di bahu Jalan Samudra, Singaraja. Pasar darurat ini dibangun menghabiskan dana lebih dari Rp 1 miliar. (Mudiarta/Balipost)