Ilustrasi. (BP/Dokumen)

JAKARTA, BALIPOST.com – Baru menikah, biasanya kondisi keuangan tidak menentu. Memang, menikah adalah momen spesial dan membahagiakan bagi setiap orang, kecuali untuk masalah keuangan terlebih di awal-awal pernikahan.

Bagi sebagian orang, ini memang akan jadi masalah besar. Namun, tidak untuk beberapa orang ini yang tahu bagaimana cara mengatur keuangan rumah tangga! Yuk, simak bagaimana para pasangan muda mengatur keuangan dikutip dari Swara Tunaiku!

1. Membagi Porsi Pemasukan Suami dan Istri

Salah satu cara yang bisa dilakukan agar masalah keuangan tidak terjadi pada pasangan yang baru menikah adalah mereka harus bisa membagi porsi pemasukan antara suami dan istri. Misalnya, gaji bulanan suami harus dialokasikan untuk keperluan sehari-hari dan itu diatur oleh istri dan uang itu harus cukup.

Bila sewaktu-waktu nanti sang suami mendapatkan bonus job dari pekerjaannya, barulah uang tersebut bisa dibelikan untuk berbagai hal tersier seperti cicilan mobil atau rumah. Kalau gaji istri bagaimana? Bisa digunakan untuk kebutuhan rekreasi atau sebagai dana darurat. Cara ini diterapkan oleh Rara, IRT 29 tahun.

Baca juga:  ITDC Optimistis KEK Mandalika Beri Multiplier Effect Ekonomi Masyarakat NTB

2. Suami Bertanggung Jawab untuk Pos Pengeluaran Utama Keluarga

Beda lagi dengan Reza yang telah berumur 31 tahun ketika memasuki usia pernikahan. Menurutnya, sebagai seorang suami ia harus bisa bertanggung jawab untuk membayar kebutuhan pokok rumah tangga seperti uang listrik, air, sampah, dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pribadi istri. Sedang uang istri, bisa dipakai untuk hal lainnya.

3. Tanggung Jawab Keuangan Dibagi Rata

Lain lagi pandangan dari Jhony, 28 tahun. Menurutnya, keuangan keluarga itu harus dibagi rata untuk bersama. Cara pakainya, bisa dengan gantian setiap bulan. Misalnya seluruh kebutuhan bulan ini di-cover dengan uang suami. Sedangkan untuk bulan berikutnya akan dibayar menggunakan uang istri.

Baca juga:  Dari Bali Jadi KEK Kesehatan hingga 97 Triliun Hilang

4. Seluruh Pemasukan Digabung

Sedangkan pandangan menurut Cendikia, 28 tahun, untuk urusan keuangan di keluarganya, semua pemasukan yang didapat baik itu pemasukan dari suami atau istri harus digabung. Nantinya, seluruh pemasukan itu akan dikelola bersama-sama untuk berbagai kebutuhan rumah tangga seperti kebutuhan pokok hingga cicilan rumah dan kendaraan.

5. Bagi 70/30

Untuk Silvia, ia mengaku menerapkan sistem 70:30 untuk pembagian kewajiban keuangan rumah tangga. Untuk 70% tanggungan rumah tangga, harus di-cover oleh orang yang memiliki kemampuan manajemen keuangan paling baik dan digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga seperti bayar listrik, air, sampah dan tagihan lainnya.

Sedangkan untuk 30% lagi dari seluruh pemasukan akan disimpan untuk berjaga-jaga bila ada sesuatu yang harus dibeli secara khusus atau untuk hal mendesak lainnya. Namun, tentu saja dana tersebut harus mendapat persetujuan dari pasangan. Tidak boleh seenaknya dalam menggunakan dana itu. Dalam hal ini, Silvia-lah yang jadi pemegang 70% itu di keluarganya.

Baca juga:  Begini, Cara Cepat Dapatkan Rumah Tanpa Pakai DP

6. Uangku, Uangmu

Kalau dari keluarga Esmeralda, 25 tahun, berbeda lagi. Pada keluarganya diterapkan aturan ‘uangku, uangmu’. Uang istri, ya, uang istri. Uang suami, ya, uang suami. Namun, untuk seluruh kebutuhan ditanggung oleh suami.

Nah, kalau ada kebutuhan tambahan yang tak bisa di-cover, baru pakai uang istri. Paling penting menurutnya, bisa jaga kewajiban masing-masing!

Itulah pendapat dari mereka yang sudah menjalani rumah tangga tentang bagaimana caranya mengatur keuangan. Setiap keluarga punya pola yang berbeda dalam mengatur keuangan ini. Yang mana sesuai dengan kamu? (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *