TABANAN, BALIPOST.com – Musim tangkap lobster sudah dimulai sejak Maret dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Agustus hingga Desember mendatang. Sayangnya, meski sudah mulai musim lobster, tidak banyak nelayan yang turun melaut.

Selain ada kegiatan adat, alasan nelayan tidak melaut karena cuaca juga kurang mendukung. Gelombang sering tinggi dan tidak bersahabat.

Salah satu nelayan Yeh Gangga, Ketut Baret mengaku belum sempat melaut karena sedang sibuk ngayah di desa. “Tetapi beberapa teman sudah ada yang melaut. Hanya gelombang memang kadang tidak mendukung,” ujarnya.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tabanan, Ketut Arsana Yasa, Kamis (11/4) mengatakan adanya badai di selatan Bali berpengaruh pada cuaca buruk dan gelombang tinggi. “Sudah tiga hari nelayan tidak melaut karena cuaca buruk. Semoga besok mereka bisa melaut lagi,” ujarnya.

Baca juga:  Ini, Kesepakatan PPDB 2018 di Raker DPRD Bali

Menurut Arsana Yasa yang akrab dipanggil Sadam ini, musim lobster dimulai sejak Maret. Dari pengalaman tahun  tahun sebelumnya cuaca harusnya mendukung pada Maret dan April sementara Mei hingga Oktober cuaca kebanyakan tidak mendukung karena sering terjadi gelombang tinggi. “Tetapi diharapkan cuaca akan semakin baik sehingga nelayan bisa menangkap lobster,” ujarnya.

Salah satu  pengepul lobster di Yeh Gangga Desa Sudimara, Tabanan, Dewa Gede Ada Artana menambahkan meski sudah memasuki musim lobster tetapi tidak banyak nelayan yang turun menangkap. Sepanjang April, hanya 10 orang nelayan yang menjual hasil tangkapan lobster kepadanya.

Baca juga:  Sidang Pembuktian Kasus Mantan Rektor Unud, Tiga Nama Profesor Mulai "Terseret"

Dalam sehari, kata Dewa Ada, pihaknya membeli lima kilogram lobster dengan berat di atas 205 gram. “Ada yang 300 gram. Tetapi itu hanya sekitar 10 persen dari jumlah tangkapan nelayan,” ujarnya.

Lobster dengan berat 205 gram, kata Dewa Ada, dibeli seharga Rp 200 ribu per kilogram. Sementara untuk yang 300 gram dibeli seharga  Rp 230 ribu per kilogramnya. “Lobster ini nantinya diekspor. Karena jumlahnya tidak langsung banyak jadi dikumpulkan dulu hingga mencapai 20 kilogram-25 kilogram. Jadi sekitar empat hari sekali,” ujar Dewa Ada.

Baca juga:  Jadi Merchant BRI, Pelaku UMKM Bali Makin Efisien dan Aman Bertransaksi

Karena kondisi tidak bisa diprediksi, menurut Dewa Ada, pihaknya tidak bisa memastikan kapan tangkapan lobster nelayan ini akan mengalami peningkatan. Tetapi jika dilihat dari pengalaman tahun sebelumnya, peningkatan mulai terjadi di bulan Agustus mendatang. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *