Hari Rabu depan, seperti yang kita ketahui bersama, merupakan hari pencoblosan pemilu serentak 2019. Boleh dikatakan hari itu merupakan sejarah bagi masyarakat Indonesia. Untuk pertamakalinya negara kita menyelenggarakan pemilu yang memilih serentak mulai dari anggota DPRD kabupaten, provinsi, DPR, DPD, serta presiden dan wakil presiden.
Tidak pernah sebelumnya masyarakat Indonesia melaksanakan pemilihan lima pilihan sekaligus. Sekali lagi ini merupakan sejarah. Bagaimanapun pemilihan ini akan menjadi tantangan dan cerita menarik bagi masyarakat, dan pasti akan menjadi perbincangan pada waktu-waktu selanjutnya.
Mengapa demikian? Dikatakan tantangan karena memilih lima pilihan itu bukanlah sebuah pilihan mudah. Masyarakat pemilih harus belajar, melakukan orientasi pilihan sebelumnya baik secara sederhana maupun lebih dari sederhana. Secara sederhana, masyarakat akan berdiskusi tentang siapa politisi yang akan dipilih.
Lebih lanjut, akan menanyakan reputasi dari calon-calon tersebut. Yang lebih tajam lagi, akan mencoba mempelajari tentang calon politisi tersebut, mulai dari anggota DPRD sampai dengan pasangan presiden dan wakil presiden. Tidak bisa lain, pemilih nanti adalah orang yang pintar. Sebab, bagaimanapun mereka telah melakukan pembelajaran untuk mendapatkan memilih lima tokoh tersebut. Boleh juga kita katakan cerdas karena telah membuat keputusan untuk melakukan pemilihan.
Pemilihan umum ini pasti akan membawa cerita menarik. Di samping demikian banyaknya pilihan yang harus dihadapi, juga lebar kertas yang akan dipakai mencoblos kualifikasinya lain dari pada yang lain. Lebar kertas pilihan ada yang mencapai hampir satu meter. Tidak pernah pemilu di Indonesia, juga pilkada memakai kertas yang demikian lebar.
Pasti akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk berada di bilik suara, lebih lama melipat dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya yang pernah diselenggarakan Indonesia. Inilah yang akan menjadi cerita antarmasyarakat dan menarik untuk dibahas. Tidak dikesampingkan juga akan membawa cerita-cerita lucu.
Karena itulah, maka jangan disia-siakan pemilu istimewa ini. Sungguh akan rugi apabila tidak ikut dalam perhelatan besar ini. Tidak ada gunanya tinggal di rumah dan tidak masuk menuju ruang bilik untuk mencoblos sesuai dengan pilihan hati nurani kita. Jika dikaitkan dengan pembiayaan, sebanyak Rp 26 triliun anggaran negara dihabiskan untuk pemilu kali ini. Maka, sekali lagi sangatlah sia-sia uang negara itu dikeluarkan kalau kita tidak berpartisipasi secara maksimal.
Sudah tentu pemilu akan menghasilkan pemenang dan keterpilihan. Untuk hal ini kita tidak boleh kecewa, siapa pun yang akan terpilih menjadi pemenang atau yang terpilih, masyarakat harus dapat bersikap bijak ketika junjungannya tidak terpilih. Ini misalnya dalam konstelasi pemilihan presiden.
Bukankah itu harus memang terjadi dalam sebuah pemilihan umum, karena perhelatan politik ini memang harus menghasilkan pemenang. Para politisi juga harus legowo menerima hasilnya agar tidak menimbulkan rasa sakit atau frustrasi setelah usai pemilu. Sering masyarakat mengolok-olok agar rumah sakit jiwa ditambahi ruangan dan tempat tidur untuk berjaga-jaga seusai pemilu. Ini guyonan yang kiranya berupa sindiran sekaligus peringatan kepada para politisi juga.
Kita harapkan pemilu nanti berlangsung tenang dan damai. Dan seperti yang telah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya, beberapa jam setelah pemilu usai, kita akan mengetahui hasilnya melalui perhitungan cepat yang dilakukan oleh berbagai lembaga. Marilah kita jaga diri dan berupaya untuk menerima hasilnya.