DENPASAR, BALIPOST.com – Bunker RSUP Sanglah telah terbangun. Bangunan berdinding tebal, dengan ketebalan dinding 1,20 meter ini dibangun sebagai tempat alat linac.
Dengan adanya linac, antrean radioterapi pasien kanker akan berkurang. Antrean radioterapi di RSUP Sanglah mencapai 590 antrean. Satu orang dokter spesialis onkologi radiasi dalam sehari bisa melayani radioterapi 40-50 pasien.
Kasubbag Humas RSUP Sanglah Dewa Ketut Kresna mengatakan, dengan adanya cobalt dan linac penanganan antrean pasien radioterapi kanker akan lebih cepat. “Tingkat antrean radioterapi ini kan tinggi sekali. Dengan adanya penambahan alat linac ini kami yakin dapat memotong antrean,” ujarnya.
Layanan radioterapi linac ini pertama kalinya ada di Bali dan bahkan Indonesia timur. Rumah sakit lain selain RSUP Sanglah dikatakan belum memiliki. “Layanan ini yang jelas anugerah, khususnya buat masyarakat Bali. Karena selama ini cukup tinggi masyarakat yang dirujuk ke luar Bali untuk mendapatkan layanan ini seperti ke Surabaya, Jakarta. Jika linac sudah beroperasi disini, berarti fasilitas pelayanan kesehatan kita di Bali semakin lengkap,” bebernya.
Gedung bunkernya memang sudah selesai dibangun tahun ini. Namun untuk alat linacnya belum ada. “Pengadaannya tahun ini. Barang – barang lainnya juga akan diisi tahun ini,” ujarnya Senin (15/4). Pengadaan linac dikatakan hanya satu karena harganya cukup mahal. Layanan radioterapi linac ini diprediksi beroperasi tahun ini setelah semua alat terinstal.
Sebelumnya, RSUP Sanglah telah menyekolahkan 2 dokter untuk mengikuti pendidikan spesialis radioterapi sehingga kini ada 3 dokter spesialis radioterapi. Ini dilakukan dalam rangka persiapan SDM untuk menunjang layanan radioterapi linac. Selain dokter spesialis radioterapi RSUP Sanglah juga sedang mempersiapkan radiografer untuk mengoperasikan alat. “Kami akan menambah tenaga radiografer,” imbuhnya.
Sebelumnya, layanan terapi untuk pasien kanker di RSUP Sanglah yaitu dengan cobalt dan brakhi terapi. Penggunaan alat linac hanya pada indikasi -indikasi tertentu. “Pada prinsipnya cobalt dan linac ini fungsinya sama,” tandasnya.
Namun pada cobalt radiasinya terus memancar meski alatnya tidak digunakan. Sedangkan pada linac, jika dalam keadaan off, maka tidak akan memancarkan radiasi, sehingga lebih hemat energi dan lebih aman. “Cobalt ini mesinnya lebih sederhana, biaya operasionalnya lebih murah. Kalau linac, jika pembangkit listriknya tidak on, ya… tidak ada radiasi. Kualitas sinar radiasinya lebih tajam, koheren, mesinnya lebih kompleks dan lebih canggih,” pungkasnya. (Citta Maya/balipost)