Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) berjalan bersama capres no urut 02 Prabowo Subianto sebelum mengikuti Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (BP/ant)

JAKARTA, BALIPOST.COM –  Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin berharap semua pihak menggunakan kepala dingin menyikapi hasil Pilpres 2019. Pilpres adalah pesta demokrasi lima tahunan sehingga pasangan Capres dan Cawapres serta tim pemenangan diharapkan bisa menerima apa pun hasilnya.

”Siapapun yang menang nanti baik incumbent atau penantang, tidak boleh ada yang melakukan tindakan anarkistis. Apalagi menyalahkan yang menang,” kata Ujang di Jakarta, Rabu (17/4).

Baca juga:  Pascagempabumi Berkekuatan 6,9 SR, Tujuh Kali Gempa Susulan Terjadi

Menurutnya, pihak yang menang tidak boleh jumawa, sementara yang kalah harus lapang dada. Kalaupun ada keberatan terhadap hasil pemilu, sudah ada jalur hukum untuk menyelesaikannya.

“Semua ada jalurnya. Jika ada kerebratan dari yang kalah, jalur hukum adalah yang terbaik. Pilpres hanya rutinitas lima tahunan biasa. Pasti ada yang menang dan ada pula yang kalah,” jelas Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini.

Baca juga:  Karena Alasan Ini, NasDem Karangasem Usulkan PAW Sujanayasa

Lebih lanjut dia menyampaikan, seyogianya setiap kandidat harus siap menang dan kalah jika sudah menyatakan siap maju sebagai Capres dan Cawapres. Jangan sampai persatuan bangsa dikorbankan.

”Pemilu 2019 semua kontestan habis-habisan berkampanye. Tidak jarang kita temukan gesekan, nyinyiran, saling serang dan saling menafikkan. Dalam demokrasi perbedaan pendapat itu hal biasa,” kata Ujang.

Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, hingga saat ini pasangan Capres-Cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin unggul sementara dari rivalnya, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Baca juga:  Transformasi BRI, Dorong Pertumbuhan Kinerja Sehat dan Berkelanjutan

CapresHasil quick count Litbang Kompas, Jokowi-Makruf memperoleh 55 persen dan Prabowo-Sandi 44 persen. Sampel yang masuk baru sekitar 50 persen. Lembaga Survei lainnya, seperti Charta Politika, Poltracking, Indikator Politik Indonesia dan Indo Barometer juga mecatat data yang hampir sama. Meski sample data yang masuk belum sampai 100 persen. (kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *