DENPASAR, BALIPOST.com – Pemilu 2019 dengan pemilihan presiden-wakil presiden, serta pemilihan legislatif mulai dari tingkat II, tingkat I, DPR RI serta DPD rupanya tak membawa dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Bali. Lantaran, dana untuk pemilu tidak terlalu besar baik dari KPU atau Bawaslu.
Terbukti dari outflow (uang keluar) dari Bank Indonesia tidak ada lonjakan yang berarti atau stabil. Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Provinsi Bali, Causa Iman Karana mengatakan, penarikan uang tunai di BI normal, tidak ada lonjakan yang berarti.
Per 12 April 2019, outflow uang di Bali hanya Rp 674 miliar. Sedangkan pada April 2018, outflownya Rp 1,2 triliun.
Itu berarti, sampai akhir April 2019, outflow diperkirakan sama dengan April 2018. Pada Maret 2019, outflow di BI Bali yaitu Rp 2 triliun.
Itu karena adanya perayaan Imlek, Galungan serta Kuningan. Selain itu temuan uang palsu juga relatif kecil. “Dampaknya sih engga terlalu besar. Seperti pemilu tahun 2014 dan 2018. Tapi karena ada bersamaan dengan hari raya yaitu tahun 2014 bersamaan dengan Idul Fitri dan tahun 2018 bersamaan dengan Idul Fitri, Galungan dan Kuningan, maka dari itu pertumbuhan cukup tinggi,” ungkap pria yang akrab disapa Pak Cik ini.
Meski pada tahun itu pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, namun tekanan inflasi tidak terlalu besar, pada 2014 yaitu 8,43% dan pada 2018 yaitu 3,13. Demikian juga dengan tahun 2019, inflasi akan tetap terjaga.
Ekonomi Bali 2019 diperkirakan akan tumbuh 6,1%-6,5% (yoy). Mesin pendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini, beroperasinya waduk Titab, pengembangan jaringan transmisi listrik, dan pemilihan umum legislatif dan eksekutif, proyek konstruksi dan infrastruktur, shortcut jalan Mengwitani- Singaraja, dan penambahan direct flight.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya diikuti dengan tingkat inflasi yang tinggi juga. Namun Iman optimis inflasi terjaga.
Hanya saja yang perlu diwaspadai adalah tiket angkutan udara dan fluktuasi harga komoditi makanan (volatile food). “Itu memang ada kendala distribusi dari Jawa. Sekarang ini kan off season untuk bawang merah, cabai, tomat, sementara kunjungan wisatawan mulai meningkat, sehingga permintaan tinggi. Tapi produksinya masih belum signifkan, sementara distribusi dari daerah lain ada pengiriman yang engga masuk,” bebernya.
Wakil Ketua I DPP IHGMA Made Ramia Adnyana mengatakan, April merupakan shoulder season, menjelang holiday season. Sehingga kunjungan wisatawan cukup tinggi.
Okupansi wisata yang tercatat di anggota IHGMA yaitu 70%-80%. Menurutnya, pemilu tidak berdampak signifikan pada tingkat hunian kamar hotel karena masyarakat dinilai sudah cerdas dan wisatawan juga terbiasa dengan kegiatan pemilihan umum di negaranya. (Citta Maya/balipost)