DENPASAR, BALIPOST.com – Saat ini beredar narkotika jenis baru yang disebut happy water. Narkoba yang dikemas dalam bungkus minuman sachet ini sudah beredar dan BNNP Bali beserta jajarannya sudah melakukan antisipasi supaya tidak sampai masuk Bali.
Happy water ini diselundupkan dari Malaysia dan per sachet dijual Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta. “Kasus ini sudah diungkap Badan Narkotika Nasional Kota Jakarta Utara. Kami sudah melakukan antisipasi dan penyelidikan, tapi sampai saat ini belum terdeteksi masuk Bali,” kata Kepala BNNP Bali Brigjen Pol. Drs. I Putu Gede Suastawa, SH, Jumat (19/4).
Produk narkoba jenis baru ini merupakan campuran sabu-sabu (SS) dan benzoate yang bisa dikonsumi dengan cara diseduh atau langsung diminum. Sedangkan efeknya seperti mengonsumsi ekstasi dan bisa dikontrol. “Kalau kita lihat gaya pengguna narkoba sekarang khususnya generasi, muda mereka kurang berminat mengonsumsi ekstasi, sabu-sabu atau ganja. Mereka menginginkan jenis baru seperti tembakau gorila dan blue safir, padahal barang tersebut terbatas. Mereka ingin sensasi baru. Mereka tidak mau sensasi lama, walaupun pendatang baru. Kondisi inilah yang harus kita antisipasi bersama,” ujarnya.
Sedangkan terkait banyaknya kurir atau narkoba dari luar masuk Bali, Brigjen Suastawa menyampaikan, fenomena ini terjadi karena gencarnya BNNP, BNNK dan kepolisian melakukan penindakan. Apalagi berbagai warning disampaikan aparat penegak hukum dan hal ini membuat sindikat lokal agak keder.
Namun jaringan narkoba nasional tidak menyerah, mereka mengirim anggota jaringanya untuk beraksi di Bali. “Dari gambaran umum berdasarkan hasil asesmen para tersangka yang kami tangkap, justru sekarang untuk penyelundupan narkoba melalui jasa kurir paket dan pribadi, dominan lewat udara,” ungkapnya.
Untuk pemantauan atau pengawasan lewat darat dan laut masuknya lewat Pelabuhan Ketapang, tapi dipantau polisi di Pelabuhan Gilimanuk. “Sejumlah tangkapan oleh polres itu merupakan jaringan darat dan laut. Kalau BNN murni berdasarkan hasil tapping,” ujarnya.
Hingga saat ini narkoba yang masih laris ada tiga yaitu SS, ekstasi dan ganja. Jarang sekali yang pesan heroin dan kokain.
Jenderal bintang satu di pundak ini mengakui pangsa pasar dari dalam Bali menurun, tapi peredaran barang dari luar tetap gencar. Terbukti penangkapan sejak Januari sampai April 2019, menurun.
Polda Bali mengungkap 96 kasus dan BNNP 14 kasus. Antisipasi ke depan, kata mantan Direktur Binmas Polda Bali ini, BNNP tetap melakukan penyelidikan dan penyidikan dari tangkapan yang ada.
Selain itu pihaknya terus mengantisipasi modus yang baru dengan alibi yang baru. “Update data dan alat terus dilakukan sesuai dengan perkembangan IT yang begitu cepat, supaya kami tidak akan kalah. Fokus kita BNN tetap pada barang yang datang dari luar ke Bali dan sindikat besar.. Lebih menekankan barang besar agar tidak sampai beredar di Bali,” kata Brigjen Suastawa yang juga dipercaya sebagai pemangku Pura Dalem Khayangan Desa Gulingan Gede, Kecamatan Mengwi, Badung ini. (Kerta Negara/balipost)