MANGUPURA, BALIPOST.com – Puluhan peselancar wanita dari Bali maupun mancanegara, turut berpartisipasi pada kegiatan Kartini Go Surf, di Pantai Kuta, Sabtu (20/4). Kegiatan yang digelar Himpunan Putera-Puteri Keluarga Angkatan Darat (Hipakad) DPD Bali bersama Magic Wave ini, serangkaian menyambut Hari Kartini 2019 serta wujud penghargaan terhadap emansipasi wanita.
Menurut Ketua Panitia Herry Boedi Oetomo, yang mewakili ketua DPD Hipakad Bali, event ini menarik karena para surfer wanita yang berpartisipasi, menggunakan kebaya dan kain saat berselancar di pantai. Pihaknya berharap, ke depan event ini bisa berlangsung secara rutin dan menjadi event yang berskala nasional bahkan internasional.
Dikatakan, kegiatan ini mengambil tema “Dengan Semangat Kartini Kita Tingkatkan Rasa Persatuan serta Berbuat Yang Terbaik, Berani, Tulus dan Iklas Dalam Mewujudkan Bali Santi dan Jagadhita”. Selain untuk memperingati hari Kartini, event ini juga untuk menggelorakan olahraga surfing di kalangan wanita, menampung minat dan bakat generasi muda yang gemar dengan olahraga surfing serta membantu program pemerintah yakni mengolahragakan masyarakat.
“Ajang ini juga menjadi sarana untuk memacu perkembangan olahraga surfing khususnya bagi kalangan wanita. Tak hanya itu melalui event ini kami ingin menyampaikan pesan bahwa Bali sangat aman untuk dikunjungi sehingga kunjungan wisatawan bisa meningkat,” katanya.
Sementara, Nyonya Bayu Panji, Kasiop Korem 163 wirasatya, mewakili Nyonya Danrem 163 Wirasatya mengatakan, melalui kegiatan ini, ke depan para surfer dari Bali bisa dikenal di kancah nasional maupun Internasional. “Kami berharap para surfer wanita dari Bali bisa go Internasional,” harapnya.
Salah seorang pesrta asal Korea Selatan, Mina Jo (28), mengaku senang bisa ikut berpartisipasi. Menurutnya, Bali memiliki keindahan alam yang sangat bagus.
Surfing dengan menggunakan kebaya ini, kata Mina, memang sangat sulit. Karena biasanya saat surfing dirinya biasa mengenakan bikini, namun sekarang menggunakan kebaya. “Ini sangat sulit, dengan kebaya, untuk bergerak saat surfing memang sulit sekali,” katanya. (Yudi Karnaedi/balipost)