DENPASAR, BALIPOST.com – Bertepatan dengan Hari Kartini, 21 April, Minggu (21/4), Lentera Anak Bali (LAB) yang dipimpin dr. AA. Sri Wahyuni ,Sp.KJ., mengadakan Talk Show yang bertemakan “Dampak Negatif Internet pada Anak”. Bertempat di Gedung Pers Bali K. Nadha, sejumlah narasumber dihadirkan sebagai pembicara dalam talk show yang juga dirangkai tanya jawab tersebut.

Hadir dr. AA. Sri Wahyuni, Sp.KJ., sekaligus sebagai narasumber, pihak Polda Bali yang diwakili Kompol Gusti Ayu Putu Suinaci, yang saat ini menjabat Kasubdit Cyber Crime Polda Bali, dan Ida Ayu Surya Sulistyawati atau Gek Surya selaku Miss Internet. Pokok inti dari persoalan tersebut adalah mengingatkan peran orangtua, dan juga anak-anak bangsa, akan bahaya dampak negatif internet dan candu internet pada anak-anak.

Apalagi selama ini, hanya gara-gara salah bermedia sosial (medos), banyak anak remaja yang tersangkut kasus hukum. Tidak hanya sebagai korban, namun sebagai pelaku juga banyak.

Kompol Suinaci mengatakan, selama ini Polda Bali sering menerima laporan atau pengaduan terkait kasus penghinaan, pencemaran nama baik, terkait cyber bully. Dia mengatakan cyber bully adalah bentuk penghinaan di dunia maya. “Bagi pelanggar, sudah ada diatur dalam UU IT. Kebanyakan pelakunya para remaja. Jika sudah dilakukan di medsos, itu sudah masuk tindak pidana, Pasal 27, yang ancamannya enam tahun penjara dan denda Rp 10 miliar,” tegas Suinaci.

Baca juga:  Menjaga Magnet Pesta Demokrasi

Mantan Kapolsek KP3 Benoa itu menambahkan, salah satunya kasus yang sudah ditangani adalah pasangan kekasih yang sudah putus, dan akhirnya menyebar foto mereka saat berpacaran. Solusi untuk mencegahnya adalah dewasa bermedsos, dan cerdas berinternet.

Miss Internet 2014, Gek Surya menyampaikan, selain dampak positif, dampak negatif internet juga sangat banyak. Wanita yang juga enterpreneur dan presenter itu mendukung perempuan Bali lebih produktif mengunakan internet.

Kuncinya adalah internet yang positif. Pasalnya jika internet disalahgunakan, khususnya pada anak-anak, banyak dampak negatif yang dimunculkan. Yakni kekerasan seksual, penipuan, bahkan pelaku pedofilia yang mencari mangsa.
“Internet ladang fredator mencari mangsa, khususnya mencari korban,” katanya.

Untuk menghindari anak masuk ke konten dewasa, menurut wanita berparas ayu itu, pihak Google dan YouTube sejatinya sudah menyiapkan aplikasi. Hanya saja banyak orangtua yang belum paham akan aplikasi tersebut. “Sekarang ada program di google, yang di sana ada filter yang berisi konten yang tidak pantas. Orangtua diharapkan mengaktifkan aplikasi tersebut, pada ponsel anaknya. Itu bisa dikunci, sehingga anak-anak tidak bisa mencari konten dewasa,” jelasnya.

Baca juga:  Sambut Hari Kartini, Rektor INSTIKI Apresiasi Kualitas Tenaga Pendidik Perempuan

Begitu juga di YouTube, ada program tersebut, sehingga orang tua bisa mencegah konten-konten dewasa yang tidak bisa didownload oleh anak-anak.
Namun demikian, dia meminta semua lapisan tidak serta-merta menyalahkan internet.

Seiring perkembangan zaman, itu sudah menjadi kebutuhan. Namun penggunaan internet harus cerdas, dewasa, dan penggunaan positif. “Yang penting adalah peranan orangtua. Sering komunikasi. Hal apa yang boleh di internet, hal mana yang tidak boleh disentuh di internet,” katanya.

Sambung dia, jika salah dalam bermedia, termasuk memanfaatkan internet secara gamblang, pelaku akan mudah mencari mangsa. Baik berupa iming-iming hadiah, janji palsu, maupun prilaku seks menyimpang seperti homoseksual.

Sementara dr. Wahyuni mengatakan sangat kentara jika anak-anak kecanduan internet. “Kecanduan internet, ketika berada di dunia tanpa kabel itu, minimal 7 jam perhari,” sebutnya.

Baca juga:  Puluhan Anak "Tukang Suwun" Memural Tembok di Pasar Badung

Ia menambahkan, perilaku kecanduan internet sangat tidak bagus, khususnya untuk perkembangan generasi bangsa. Salah satu risiko kecanduan itu adalah meninggalkan interaksi sosial, aktivitas fisik terlantar, dunia malam dan pagi tidak jelas, perilaku berubah, tidak makan dan minum, ngompol di kamar, mencedarai diri sendiri, dan bahkan akan merasa ikut terluka jika tokoh di dunia maya tersakiti, serta kurangnya minat baca buku pelajaran. “Semua itu dampaknya adalah dapat menimbulkan depresi,” sebutnya.

Atas dasar itu, LAB mengadakan Talk Show akan bahaya internet pada anak, sehingga para orangtua tergugah hatinya untuk membatasi anak bermain internet. Di Hari Kartini ini, setidaknya bisa diingatkan untuk mencegah dampak negatif internet pada anak. “Internet bikin candu,” katanya.

Untuk itu, dr. Wahyuni mengajak masyarakat untuk melakukan kegiatan positif, atau aktif dalam kegiatan lain.

“Bisa melalui lomba-lomba, bisa aktifitas lain misalnya ekstrakurikuler,” sambung Gek Surya. (Miasa/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *