TABANAN, BALIPOST.com – Kasus Demam Berdarah Denque (DBD) jika dilihat dari siklus lima tahunan seharusnya akan terus mengalami peningkatan dan April adalah puncaknya. Kabid P2M Dinas Kesehatan Tabanan, dr. Ketut Nariana, Senin (22/4) mengatakan kasus DBD di tahun 2019 untuk Januari tercatat 8 kasus kemudian meningkat menjadi 25 kasus di Februari. Pada Maret DBD menurun menjadi lima kasus. Sedangkan pada April hingga Senin (22/4) terdata 12 kasus.
Menurut Nariana, naiknya kasus pada April ini dipengaruhi oleh musim yang tidak bisa diprediksi. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana musim hujan, musim kemarau dan musim peralihan memiliki waktu yang pasti, saat ini prediksi musim sulit dipastikan. “Karena bisa saja ada hujan lalu panas. Atau tiba-tiba panas terus baru kemudian hujan. Musimnya kacau sehingga kejadian DBD pun mengikuti musim yang tidak bisa diprediksi ini,” jelasnya.
Tetapi, kata Nariana, pencegahan tetap dilakukan, melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). “Penanganannya tetap dengan PSN secara berkala baik itu musim hujan maupun musim kemarau. Dan diharapkan satu keluarga ada satu juru pemantau jentik untuk memantau keberadaan jentik di lingkungannya,” jelas Nariana.
Selain PSN melakukan abatesasi atau penaburan bubuk abate pada penampungan air secara berkala juga penting dilakukan untuk mencegah terjadinya perkembangan jentik nyamuk di penampungan air terutama tangki air, kolam ikan hingga bak mandi.
Disisi lain Dinkes pun mengadakan penanganan dengan menggelar kegiatan fogging dan ULV yang menyasar daerah atau desa yang sudah tercatat ada kasus DB. Untuk sebaran kasus DBD rata-rata disetiap kecamatan hampir ada seperti Tabanan, Kediri, Pupuan, Seltim, Marga dan Kerambitan. (Wira Sanjiwani/balipost)