Pemerintah provinsi Bali saya rasakan sangat getol melakukan upaya pengembangan sapi Bali. Bahkan saya sempat dengar ada kredit khusus untuk pengembangan sapi Bali. Mudah-mudahan program ini memang efektif dan mampu membuat perkembangbiakan sapi Bali bagus.
Namun, saya juga mendengar banyak Bansos pengembangan bibit sapi Bali gagal berkembang. Bahkan ada yang sapinya habis. Ini terjadi di sejumlah desa atau banjar yang mendapat bantuan bibit sapi, namun ternyata kelompok peternaknya fiktif.
Yang saya dengar, Bansos setelah cair dibelikan bibit sapi oleh pengurusnya. Namun setelah bibit sapi ada, bibitnya dijual satu persatu oleh pengurus kelompok yang memiliki kedekatan dengan anggota legislatif.
Untuk itu, Kadis Peternakan Provinsi Bali agar mengecek kemana saja Bansos pengembangan sapi Bali ini disalurkan. Ke depan, pada Bali era baru agar bantuan bibit ternak benar-benar efektif dan tak dijadikan lahan korupsi.
Tak hanya Bansos pengadaan bibit sapi, Bansos untuk pembangunan pura juga diributkan. Bahkan di salah satu kabupaten di Bali, kasus ini masuk ranah hukum. Untuk itu, mohon ke depan validasi pemohon Bansos dilakukan secara jelas.
Langkah ini saya pikir untuk membuat krama Bali tak masuk penjara gara-gara salahay kelola Bansos. Artinya, untuk melindungi uang negara, maka tahapan pertama yang harus dilakukan memastikan kelompok ternak atau penerima Bansos patut diyakini memiliki mentalitas positif.
I Komang Putrawan
Denpasar-Bali