MANGUPURA, BALIPOST.com – Perdana Menteri Australia, Scott Morisson mengungkapkan ketidaksetujuan soal pembangunan restoran di bekas Sari Club, salah satu lokasi meledaknya bom pada 12 Oktober 2002 yang menyebabkan puluhan warga Australia meninggal. Ia mencuit di akun twitter resminya @ScottMorissonMP pada Kamis (25/4).
Morrison menyatakan keputusan pemerintah lokal untuk mengeluarkan izin pembangunan gedung hiburan lima lantai di lokasi tempat tewasnya 88 warga Australia karena dibunuh teroris adalah hal yang menyedihkan. Ia mengatakan Australia memberikan dukungan dan dana untuk membangun monumen di lokasi pengeboman itu dan Konsulat Jenderal Australia di Bali terus berkoordinasi terkait upaya itu.
Dalam cuitan selanjutnya, PM Australia juga mengutarakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan persoalan itu sehingga korban tewas dan kenangan keluarga yang ditinggalkan bisa tetap dihormati.
Atas cuitannya itu, banyak respons yang dihasilkan. Sebagian mengutarakan dukungan.
Sebagian lagi menyatakan bahwa hal itu adalah sesuatu yang wajar dan dilakukan juga di Australia, membangun di bekas lahan terjadinya pembunuhan massal. Bahkan mereka yang tidak mendukung, mencurigai cuitan perdana menteri ini sebagai upaya memperoleh dukungan secara politik. Seperti yang diungkapkan @Leahym34Some yang menyebut keputusan itu sepenuhnya hak Indonesia, bukan kesempatan mendapatkan poin politik untuk PM Scott Morrison.
Rencana pembangunan restoran berlantai lima di lokasi bekas Sari Club ini belakangan memang ramai diberitakan media di Australia. Izin mendirikan bangunan (IMB) dari restoran itu dikeluarkan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Badung.
Proyek rencananya mulai dilakukan 9 Mei. Sejumlah pedagang yang berjualan di lokasi itu juga sudah diberikan peringatan mengosongkan lokasi itu hingga minggu depan.
Taman Perdamaian Bali
Dalam pelaksanaan peringatan Bom Bali ke-16 yang berlangsung 12 Oktober 2018, mantan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika yang rutin hadir dalam peringatan bom Bali mengaku akan ikut memperjuangkan terwujudnya Taman Perdamaian Bali. Selama ini, upaya negoisasi sebetulnya sudah dilakukan dengan pemilik lahan eks Sari Club.
Namun, harga yang diberikan disebutnya tidak masuk akal sehingga tidak mampu dijangkau oleh Yayasan Isana Dewata. Saat masih menjabat gubernur, pihaknya sudah mengimbau kepada Bupati Badung terdahulu dan sekarang agar tidak mengeluarkan izin apapun untuk lahan tersebut. “Tidak boleh membangun apapun, dan mereka patuh sampai hari ini. Mudah-mudahan terus bisa dijaga, minimal kosong itu. Dengan kosongnya lahan itu, itu menjadi peace park,” ujar Mantan Kapolda Bali ini.
Bagi para korban dan keluarga korban, lanjut Pastika, peringatan bom Bali bukanlah untuk menumbuhkan atau memperpanjang dendam. Sebaliknya, mereka harus memaafkan, mengakhiri dendam dan memulai perdamaian. Pastika berharap bencana kemanusiaan seperti bom tidak terjadi lagi di Bali dan para korban beserta keluarga senantiasa kuat menghadapi hal itu. (kmb/balipost)