BANGLI, BALIPOST.com – Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Bangli akan bersurat ke Bupati Bangli untuk meminta agar rencana penggunaan bunga gumitir sebagai maskot Kabupaten Bangli dikaji ulang. Surat rekomendasi tersebut dibuat setelah PHDI mendapat banyak masukan dari sejumlah sulinggih, pemangku, tokoh gria, tokoh puri, dan tokoh pemuda serta masyarakat di Kabupaten Bangli yang tak setuju dengan ide bupati Bangli tersebut.
Ketua PHDI Kabupaten Bangli Nyoman Sukra mengatakan sesuai hasil paruman yang digelarnya Kamis (9/5), ada banyak masukan yang muncul terkait rencana bupati menjadikan bunga gumitir sebagai maskot Bangli. Pada intinya hampir semua tokoh yang hadir tak sepakat dengan rencana pemilihan gumitir jadi maskot Bangli.
Alasannya karena dari sisi historis dan filosofi, bunga gumitir tidak ada kaitannya dengan Bangli. Meski bunga gumitir ada disebutkan dalam beberapa sumber sastra. “Sementara kalau maskot sendiri kan harus ada kaitannya dengan Bangli,” katanya.
Dalam paruman, lanjut Sukra, sulinggih dan para tokoh yang hadir dominan mengusulkan bunga tunjung (teratai) sebagai maskot Kabupaten Bangli. Pertimbangannya, karena bunga tunjung secara prinsip dianggap bunga suci, linggih (stana) para dewa. Bunga tunjung juga dinilai cocok dijadikan maskot karena bisa tumbuh di tiga dimensi kehidupan.
Hal itu tepat digunakan untuk membangkitkan semangat masyarakat. “Bunga tunjung itu kan tumbuhnya di lumpur. Betul-betul dari kondisi yang terjelek. Bisa tumbuh menerobos air dan kemudian bunganya bisa kembang di udara. Jadi tumbuh di tiga dimensi,” terangnya.
Di samping itu, hal yang menjadi pertimbangan lain diusulkannya bunga tunjung karena Bangli sebagai pusatnya pulau Bali, sesuai dengan filosofi bunga tunjung dalam Hindu sebagai konsep padma. Selain menampung banyak masukan tentang opsi bunga lainnya, Sukra mengatakan pihaknya dalam paruman juga mendapat usulan terkait pembentukan tim untuk mengkaji maskot yang cocok untuk Bangli.
Tim yang dibentuk diusulkan melibatkan semua komponen dan ahli. Hanya saja mengenai usulan pembentukan tim itu, Sukra mengaku tidak akan menindaklanjutinya. “PHDI tidak akan buat tim. Kami di PHDI setelah mendapat arahan dari dharma upapati, akan membuat surat resmi yang ditunjukan kepada bupati dan DPRD untuk mengkaji ulang pemilihan gumitir sebagai maskot,” kata Sukra.
Diharapkan nantinya dalam proses pemilihan maskot, Bupati bisa melakukan kajian dari berbagai sisi baik sejarah, maupun filosofinya serta mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Sehingga maskot yang dibuat bisa benar-benar menjadi kebanggan dan memacu semangat masyarakat Bangli. (Dayu Swasrina/balipost)