Black Garlic. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Desa Babahan, Penebel, pada awal tahun 1980-an terkenal sebagai penghasil bawang putih lokal. Namun, bawang putih lokal ini lama-kelamaan tergeser oleh jenis bawang impor yang sekarang banyak ditemukan di pasaran.

Beberapa petani fanatik masih mempertahankan bibit murni bawang putih lokal ini dan menanamnya setiap tahun dengan tujuan agar tidak punah. Dari keinginan petani mempertahankan varietas lokal bawang putih ini munculkan ide membuat produk olahan black garlic. Tujuannnya untuk memberikan nilai jual lebih bawang putih lokal yang ditanam petani, sehingga semakin banyak yang mau menanamnya.

Ketua Bumdes Babahan sekaligus pencetus pembuatan produk black garlic di Desa Babahan, Wayan Putra Sedana, Senin (13/5), mengatakan pihaknya telah melakukan pelatihan pembuatan black garlic di masing-masing banjar yang ada di Desa Babahan. Dari masing-masing banjar yang berminat kemudian diajak menjadikannya usaha yang dikoordinir dalam satu kelompok. ‘’Saat ini sudah ada satu kelompok terdiri atas 27 orang. Masing-masing dari mereka baik personal maupun berbanyak memproduksi black garlic,’’ ujarnya.

Baca juga:  Dihantam Gelombang Ketiga, Tambahan Kasus COVID-19 Bali Capai Rekor Tertinggi

Dalam menyerap produksi bawang putih lokal dari petani di Desa Babahan, Bumdes dan kelompok sepakat mengenai harga pembelian yang ditetapkan di atas harga pasar. ‘’Sesuai kesepakatan, harga bawang putih lokal dibeli ke petani sebesar Rp 45 ribu per kilo,’’ kata Putra Sedana. Pada panen bawang putih lokal di Desa Babahan tahun 2018 lalu, terserap setidaknya 600 kilogram bawang putih yang 300 kilogram sudah diolah menjadi black garlic.

Mengenai penjualan, pihaknya menyerahkan pada masing-masing orang yang ada dalam kelompok. Bagi yang sudah memiliki pasar dipersilakan menjual langsung tetapi dengan harga sesuai kesepakatan. Produk black garlic produksi Desa Babahan dijual seharga Rp 150.000 per botol ukuran 100 ml. Bentuk produk black garlic Desa Babahan lebih menyerupai selai dibandingkan produk black garlic lain yang biasanya utuhan. ‘’Produknya berbentuk selai karena bawangnya dikupas kemudian diolah dan ditambahkan madu. Jadi, produk ini lebih tahan lama dan lebih banyak khasiatnya untuk kesehatan,’’ jelas Putra Sedana.

Baca juga:  Jokowi Ajak Cucunya Main Air hingga Terbangkan Layangan di Pantai Nusa Dua

Sementara itu, Bumdes Babahan biasanya mengambil lima botol dari masing-masing produsen black garlic. Bumdes juga menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam memproduksi black garlic. ‘’Jadi, usaha Bumdes selain memasarkan produk black garlic juga menjual peralatan yang dibutuhkan dalam membuat black garlic,’’ ungkapnya.

Oleh karena modal yang terbatas, produk black garlic Desa Babahan ini penjualannya masih sebatas dari mulut ke mulut. Belum bisa disalurkan ke toko modern meski sudah memiliki Izin Pangan Rumah Tangga (IPRT) dan izin dari MUI. Menurut Putra Sedana, untuk bisa menembus pasar modern diperlukan modal besar baik dalam memenuhi syarat maupun kontinyunitas produk. Di sisi lain, bahan baku black garlic terbatas, sehingga dengan adanya produk ini diharapkan lebih meningkatkan dan mengamankan harga jual bawang putih lokal di pasaran dan menjadi pemicu petani lain untuk menanam bawang putih lokal. Efeknya sudah mulai terlihat yaitu petani telah mulai berkeinginan menanam bawang putih lokal di Desa Babahan. (Wira Sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Usai Sholat Idul Fitri, Muslim Kampung Jawa Buleleng Gelar Banca’an
BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *