DENPASAR, BALIPOST.com – Pengumuman kelulusan SMA/SMK di Bali masih saja diwarnai aksi konvoi dan corat-coret, Senin (13/5). Padahal, Dinas Pendidikan Provinsi Bali sudah menyampaikan imbauan agar kelulusan tidak dirayakan dengan euforia berlebihan.
Imbauan, kelulusan diisi dengan kegiatan persembahyangan, dan para siswa diminta mengenakan pakaian sembahyang. Selain itu, kegiatan perpisahan agar dilakukan di sekolah masing-masing yang diisi dengan pertunjukan atau pentas mengalihkan perhatian siswa dari konvoi dan corat-coret.
“Imbauan sudah dari Pak Sekda, Disdik juga sudah, kepala sekolah juga sudah berupaya mengadakan acara. Tapi memang itu oleh para siswa dianggap menjalankan euforia, ya… sudah seperti itu,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali, Ketut Ngurah Boy Jayawibawa.
Boy hanya bisa berharap agar tidak terjadi sesuatu pada siswa yang melakukan konvoi, seperti misalnya kecelakaan. Ke depan, pihaknya akan mencari metode yang lebih pas agar perayaan kelulusan tidak lagi diisi dengan konvoi atau corat-coret. “Kita sudah berusaha, tapi masih tetap adik-adik kita itu (melakukan konvoi dan corat-coret, red),” tandas mantan Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Bali ini.
Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Parta menilai hal ini terjadi lantaran kepala sekolah tidak kreatif membuatkan acara yang positif bagi siswa. Imbauan dari Dinas Pendidikan pun menjadi tidak efektif.
Menurutnya, perlu ada bentuk yang baru terkait perayaan kelulusan di tahun depan. “Sepakati dengan siswa acara apa yang diinginkan oleh siswa dalam merayakan kelulusan,” ujar Politisi PDIP asal Guwang, Gianyar ini.
Parta mengaku tidak memahami dan tidak menemukan “kamus” yang tepat terkait hubungan antara kelulusan dengan konvoi dan corat-coret. Namun hal seperti ini seolah menjadi tradisi yang tidak boleh dilewatkan setiap tahunnya. “Biarin saja yang penting tidak nabrak, kalau nabrak bawa ke UGD,” kelakarnya.
Menurut Parta, perlu ada teguran yang diberikan kepada sekolah khususnya kepala sekolah jika ada siswanya melakukan konvoi dan corat-coret. Sekalipun aksi tersebut dilakukan di luar jam sekolah. (Rindra Devita/balipost)