JAKARTA, BALIPOST.com – Keluhan sepinya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) karena tak ada penerbangan, disikapi PT Angkasa Pura II yang secara bertahap akan memindahkan sebagian penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara Bandung ke Bandara Kertajati, Majalengka.
Menurut Presiden Direktur PT Angkasa Pura II, ke depannya seluruh penerbangan keluar Jawa akan dipindahkan ke Kertajati. Sisanya dalam Jawa dan internasional tetap di Bandung. “Misalnya saja rute Bandung-Balikpapan, Kualanamu, Palembang dan beberapa lainnya mulai 15 Juni 2019,” jelas Awaluddin saat buka bersama wartawan di Jakarta, Kamis (16/5).
Sedangkan untuk tujuan di dalam Jawa akan tetap dari Bandung namun menggunakan pesawat propeller, tidak lagi dengan pesawat jet.
Selanjutnya kata dia, bila akses tol Cisumdawu sudah rampung, maka seluruh penerbangan dari Bandung akan pindah ke Kertajati, kecuali penerbangan dengan pesawat propeller. “Kami juga mengabarkan bahwa Angkasa Pura II akan memiliki 25 persen saham di BIJB (Bandara Internasional Jawa Barat) yang penandatanganan pengesahannya akan dilaksanakan setelah Lebaran,” ungkap dia.
Angkasa Pura II juga menjadi pemilik aset sisi udara yang dibangun pemerintah senilai Rp900 miliar setelah menjadi Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) BIJB.
Sebelumnya Angkasa Pura II ditambahkan Awaluddin juga telah membangun perpanjangan landasan pacu sepanjang 500 meter, overlay, taxiway, dan lainnya senilai Rp336 miliar. “Nantinya kami memiliki kendali operasi di Bandara Kerjatati setelah pengesahan,” pungkas Awaluddin.
Angkutan Lebaran
Sementara itu, AP II belum menerima penerbangan tambahan rute domestik untuk masa Angkutan Lebaran tahun ini. “Tembusan persetujuan penerbangan tambahan domestik belum ada,” kata Direktur Operasi dan Teknik PT AP II Djoko Murdjatmodo.
Hal itu kontras dengan penerbangan rute tambahan internasional pada Lebaran tahun ini, di mana sudah ada 68 penerbangan tambahan internasional di Bandara Angkasa Pura II.
Dia memperkirakan untuk Lebaran tahun ini, pergerakan penumpang diperkirakan naik 3,2 persen, sementara itu pergerakan pesawat naik tipis satu sampai 1,5 persen.
Djoko membandingkan di tahun-tahun sebelumnya peningkatan pergerakan penumpang rata-rata mencapai lima persen, bahkan 12 persen. “Dibanding tahun-tahun lalu, tidak ada penurunan,” katanya.
Djoko menjelaskan adanya peralihan ke moda lain, seperti moda kereta dan moda darat juga salah satu penyebab menurunnya pergerakan baik penumpang maupun pesawat. (Nikson/balipost)