GIANYAR, BALIPOST.com – Masyarakat dua desa pakraman yakni Desa Adat Beng dan Gianyar, saat Purnama, Sabtu (18/5), melakukan upacara ngeratep dan pasupati Ratu Gede dan Ratu Sakti di Pura Dalem setempat. Upacara sakral ini dipuput oleh Ida Pedanda Agung Griya Beng dan Ida Pedande Griya Hyang Api.
Selama sekitar sebulan lebih, prerai (tapel/topeng) Ratu Lingsir diodak atau dibuatkan baru karena usianya sudah sangat tua. Sedangkan prerai Ratu Gede hanya dilakukan perbaikan ringan karena usianya masih relatif baru, tetapi dibuatkan praraga yang baru.
Undagi barong yang dipercaya krama dua desa untuk melakukan ngayah ngodakin ini adalah para seniman tapel asal Gentong, Kecamatan Tegalalang yang sudah terkenal sebagai asalnya seniman atau undagi barong.
Menurut salah satu panitia karya, Ketut Purwa, upacara ngeratep serta pasupati ini merupakan salah satu eedan karya agung Dirgayusa Bumi yang puncaknya pada 14 Agustus 2019. Sejak dua bulan lalu, krama dua desa adat sudah melakukan ayah-ayahan atau mempersiapkan karya agung yang terakhir dilakulan pada 1966 itu.
Sesi terakhir dari acara pasupati itu adalah, sesuhunan Ratu Gede dan pengiring napak pertiwi atau dihaturkan sesajen di bale pamuwunan atau tempat kremasi kuburan setempat yang letaknya di jaba pura. Ritual nampak semakin sakral di keremangan tengah malam yang dibantu cahaya bulan purnama. (Palgunadi/balipost)